Lipsus - Tahun Kelinci, Mitos Dan Harapan Kinerja Dumai

id lipsus -, tahun kelinci, mitos dan, harapan kinerja dumai

Berjalan di wilayah Kota Mutiara Pantai Sumatra seperti berjalan di sebuah istana megah. Kanan kiri bangunan rumah dan toko dipenuhi dengan hiasan pernak-pernik khas perayaan besar masyarakat Tionghoa.

Imlek, perayaan Tahun Baru satu ini selalu memiliki kesan tersendiri bagi siapa saja, termasuk bagi mereka yang berada di luar silsilah keturunan Tionghoa.

Beragam keunikan di perayaan Imlek saat ini menjadikan hal yang menarik bagi kebanyakan warga pribumi di tanah air, tidak terkecuali warga Kota Dumai.

Di setiap lintas perkotaan, saat ini telah terpampang sejumlah hiasan berwarna merah yang terlihat meriah. Hiasan itu menjuntai, membelit, dan merayap diantara tiang-tiang listrik yang berdiri kokoh. Bagi siapa saja yang melihat, tidak kelap terkesima atas corak yang ditampilkan warga Tionghoa di Kota Dumai.

"Hiasan-hiasan ini dipajang karena berkaitan dengan Tahun Kelinci Emas yang diperkirakan akan menjadi tahun yang tenang, sesuai dengan karakter kelinci, sehingga diharapkan akan membawa kebaikan bagi semua orang," kata seorang warga Tionghoa di Dumai, Priska Li Lie saat ditemui di rumah toko miliknya yang berada di Jalan Ombak.

Bagi Li Lie, Tahun Baru China atau Imlek merupakan momen yang tak pernah dilupakan, karena saat menyambutnya, Imlek selalu memberikan kesan haru dan bahagia yang tidak dapat diungkap dengan kata-kata.

"Setiap Imlek, biasanya seluruh anggota keluarga berdatangan. Imlek bukan sekedar perayaan. Imlek adalah ritual kebahagiaan sekaligus kesedihan bagi mereka yang memiliki kasih dan kebenaran," papar Along, suami Li Lie.

Tahun Kelinci

Di perayaan Imlek tahun ini, masyarakat Tionghoa juga menyebutnya sebagai tahun Kelinci Emas, yang artinya bagi mereka (etnis Tionghoa) adalah kebahagiaan dan berkah bagi mereka yang meyakininya.

Disebut tahun Kelinci Emas, adalah karena bangsa China sejak zaman dahulu hingga kini sangat kental dan mempercayai adanya 12 shio atau lambang. Mereka menganggap perbedaan shio memiliki karakter kehidupan manusia secara umum dan khusus untuk satu tahun ke depan dan di tahun berikutnya.

Berdasarkan ramalan penanggalan kuno bangsa China tersebut, dipastikan tahun 2011 ini merupakan waktunya Shio Kelinci dengan unsur emas yang diyakini mampu mendatangkan dan pembawa rejeki bagi mereka etnis Tionghoa.

Shio Kelinci dengan unsur emas menurut kepercayaan kebanyakan warga China daratan adalah kelinci yang sensitif dan manis. Lambang ini sama artinya dengan sering berakhir dengan memberikan lebih ke rekan tanpa memperdulikan realitas atau kesehatan.

Menurut ramalan petua etnis Tionghoa di Dumai, Shio ini sangat popular dan memiliki keluarga besar serta teman. Melengkapi nalurinya untuk melindungi orang yang disayangi, berhubungan dengan masalah romantika.

Kelinci satu ini juga diyakini selalu memiliki idelistik terhadap hubungan. Pemalu dan atraktif adalah kata-kata yang tepat untuk menggambarkannya.

Kelinci dalam mitologi China juga memiliki artian lambang umur panjang dan dikatakan sebagai turunan Bulan. Bagi mereka warga etnis Tionghoa, meyakini setiap orang yang lahir pada tahun Kelinci tergolong paling beruntung di antara kesebelas shio lainnya karena Kelinci diyakini juga melambangkan keanggunan, sopan-santun, nasihat baik, kebaikan dan kepekaan terhadap segala bentuk keindahan.

Kelinci Emas, juga diyakni berlambangkan sebuah perkataan yang lemah-lembut. Gerak-geriknya (kelinci) yang luwes tetapi cekatan justru membentuk tipe watak yang diperlukan bagi diplomat yang sukses atau politikus yang piawai.

Berharap pada kepercayaan masyakarat Tionghoa dan dikaitkan dengan kondisi Pemerintahan Kota Dumai saat ini yang sedang "lesu" akankah mendatangkan sebuah bukti penyegaran?

Dumai diharapkan menjadi Kota Ekowisata, Dumai menjadi Kota "pengantin", dan Dumai menjadi Kota dengan ketahanan pangan yang baik.