Flu Burung Dan Ketertutupan Pemerintah Dumai

id flu burung, dan ketertutupan, pemerintah dumai

Tedi beserta istri dan tiga orang anaknya baru saja terjaga dari nyenyak tidur semalam suntuk pada Selasa, 22 Februari 2011, tepat pukul 06.00 WIB. Kala itu, cuaca sedikit mendung dengan langit bewarna kemerah-merahan.

Pagi itu berbeda dari hari-hari sebelumnya, di mana Februari terasa panas dan menyengat. Suasana yang semulanya dianggap biasa, tiba-tiba menjadi luar biasa, ketika keluarga Tedi dikejutkan dengan kematian beberapa ekor unggas miliknya.

Dari seratusan ekor ayam yang dipeliharanya dalam sutu kandang berukuran setengah lapangan badminton itu, Tedi mendapati dua di antaranya terkapar tak bernyawa. Kondisi tersebut semula tidak begitu mendatangkan kepanikan, walau beberapa waktu kemudian, tiga ekor unggas miliknya kembali bermatian secara mendadak.

Hingga keesokan harinya, Rabu (23/2), di waktu yang nyaris sama, keluarga yang tinggal di Gang Rahmad, Kelurahan Bukit Timah, Kecamatan Dumai Barat, Kota Dumai, Riau, kembali dikejutkan dengan kematian lima ekor ayam miliknya.

Proses kematian ayam tersebut tidak jauh berbeda dengan kematian ayam di hari sebelumnya. Secara mendadak, unggas yang semula tampak sehat tiba-tiba jatuh, terkapar dan mati.

"Proses kematian beberapa ayam itu sempat dilihat oleh istri saya (Rosita-red)," kata Tedi.

Tedi yang ditemui ANTARA di rumahnya, Senin (28/2), menceritakan, kematian ayam miliknya pada waktu itu dirasa misterius. Sebab, dengan rentang waktu beberapa jam, ayam miliknya kembali bermatian dengan jumlah yang jauh lebih besar.

"Setelah paginya mati lima ekor, siangnya sekitar jam 11.00 WIB kembali mati sekitar 20 ekor. Tidak sampai di situ, sorenya sekitar jam 17.00 WIB, sekitar 60 ekor kembali bermatian secara mendadak," kata Tedi.

Melihat kondisi tersebut, Tedi bersama istri kemudian memutuskan untuk melaporkan kasus tersebut ke pihak Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan (Disnakkanla) setempat.

"Laporan kami langsung ditanggapi sama orang dinas peternakan. Mereka langsung turun ke rumah kami dan melakukan pemeriksaan terhadap semua ayam-ayam kami," kata Rosita, istri Tedi.

Uji Sample

Tim Disnakkanla yang kala itu berjumlah sekitar lima orang melakukan pengujian sample. Dari tiga ekor ayam yang dilakukan pengujian, hanya satu yang dinyatakan bebas flu burung, sementara dua lainnya dinyatakan positif.

Hasil positif atas pengujian sample tersebut membuat panik keluarga Tedi. Mereka kemudian memutuskan untuk menyetujui dilakukannya pemusnahan atas 20 ekor unggas mereka yang tersisa.

"Waktu itu, petugas peternakan meminta izin agar ayam-ayam kami dimusnahkan guna penetralisiran lokasi dan untuk mencegah agar virus tidak menular ke manusia," kata Rosita.

Unggas-unggas itu dimusnahkan oleh tim Disnakkanla dengan cara disembelih dan dibakar, kemudian dikubur secara massal. Tidak ada seekor pun ayam keluarga Tedi yang tersisa. Namun demi menjaga kesehatan keluarga dan lingkungan sekitar, pengorbanan itu menjadi hal yang patut dan wajar.

Setelah dilakukan pemusnahan atas unggas-unggas tersebut, Tedi beserta keluarga disarankan untuk tetap melakukan penetralisiran lokasi luar rumah miliknya terutama pada ruangan yang sebelumnya sempat dihuni oleh ayam-ayam positif flu burung.

Saran petugas Disnakkanla itu diiringi dengan pemberian gratis dua botol berisikan satu liter obat disinfektan spektrum (obat penetralisir flu burung-red) kepada keluarga Tedi.

Selain obat penetralisir, keluarga Tedi juga diberikan alat pelindung jenis sarung tangan dan masker, masing-masing lima buah yang disarankan untuk dikenakan setiap kali keluar rumah, terutama saat melakukan penetralisiran lokasi yang berpotensi masih disinggahi virus mematikan itu.

Keesokan harinya, Jumat (25/2), beberapa orang yang mengaku dari Dinas Kesehatan Kota Dumai dengan berpakaian dinas, menyusul datang. Mereka meminta keterangan keluarga Tedi seraya mengambil data jumlah unggas yang mati dan dimusnahkan pihak Disnakkanla sebelumnya.

"Selain itu, pihak Dinas Kesehatan juga menganjurkan kami untuk memeriksakan diri ke rumah sakit atau puskesmas. Syukur, setelah diperiksa kami sekeluarga bebas flu burung," kata Rosita.

Tidak Transparan

Pada kasus ini, ANTARA yang melakukan penulusuran sempat menemukan berbagai kejanggalan dan keanehan. Pemerintah setempat baik itu Dinas Kesehatan maupun Disnakkanla yang dikonfirmasi atas temuan virus yang memiliki nama lain avian influenza atau H5N1 itu, mengaku tidak mengetahuinya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Dumai, Marjoko Santoso, mengaku belum tahu masalah itu.

"Sejauh ini belum ada laporan tentang kasus flu burung itu. Sejauh ini Dumai masih aman-aman saja," katanya.

Tapi kalau benar demikian, pihaknya berjanji akan segera melakukan antisipasi dini, dimulai dengan menyarankan masyarakat agar hidup bersih dan waspada atas unggas yang mati mendadak.

Pernyataan Marjoko tersebut bertentangan dengan keterangan sejumlah petugas kesehatan yang berada di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) Kelurahan Bukit Timah, yang mengaku sempat turun ke lokasi sumber penyebaran flu burung atas instruksi Dinkes melalui kepala dinasnya yang tidak lain adalah Marjoko Santoso.

Selain Dinkes, kejanggalan juga dirasa pada Disnakkanla. Di mana seorang pejabat tertinggi yang mengemban jabatan sebagai Kepala Disnakkanla Kota Dumai, Syafrizal, saat dikonfirmasi hal sama juga mengaku tidak atau belum mengetahui kasus tersebut.

"Kita belum mendapatkan kabarnya. Nanti kalau memang benar kita akan informasikan ke anda, namun sekarang jangan diberitakan dulu," ujarnya kepada ANTARA.

Sementara itu, seorang dokter hewan dari Disnakkanla yang merupakan bawahan Syafrizal, yakni dr Agus, ketika ditanyai terkait hal sama membenarkan adanya tindakan pemusnahan atas unggas milik keluarga Tedi dan beberapa warga Dumai lainnya karena terindikasi flu burung. Itu pun atas amanah dari Kepala Disnakkanla, Syafrizal.

"Benar kita memang sempat beberapa kali melakukan pemusnahan atas unggas-unggas warga terutama ayam karena positif flu burung," kata Agus.

Berbagai keterangan para pejabat tersebut jelas menggambarkan ketidaktransparanan Pemko Dumai terhadap kasus ini. Entah apa maksud dan tujuannya.