Riau kawasan transit perdagangan manusia

id riau kawasan, transit perdagangan manusia

Pekanbaru, (ANTARARIAU News) - Kepala Bidang Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Provinsi Riau, Risdayanti, mengatakan, kasus 'trafficking' atau perdagangan manusia di Riau masih tergolong tinggi, karena daerah ini merupakan wilayah transit ke beberapa negera tujuan.

"Berdasarkan data yang kami peroleh selama 2011 ini, telah terjadi 14 kasus 'trafficking'," ungkapnya di Pekanbaru, Rabu.

"Jumlah ini baru yang terdata di Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Riau, dan masih banyak lagi yang belum terungkap kasusnya," ujarnya.

Risdayanti menambahkan, Provinsi Riau merupakan daerah yang menjadi penghubung perdagangan manusia antar negara di Asia tenggara, sehingga jumlah kasus 'trafficking' di wilayah ini cukup tinggi.

"Untuk Riau sendiri masih tinggi-lah dengan angka temuan kasus selama 2011 hingga oktober 14 kasus 'trafficking'. Berarti, sama atau mlai melebihi yang terjadi selama 2010 lalu, kami juga menemukan 13 kasus," katanya.

Ia mengatakan pula, jumlah kasusnya menjadi banyak, akibat daerah Provinsi Riau merupakan salah satu kawasan strategis dan menjadi daerah transit untuk menuju beberapa negara tetangga tujuan para korban 'trafficking' tersebut.

"Kebanyakan yang kami jumpai itu penjualan wanita untuk dijadikan Pekerja Seks Komersial (PSK), dan ada juga penjualan anak di bawah umur," tuturnya.

Sebagian besar kasus 'trafficking' yang ditemukan di Provinsi Riau, khususnya perdagangan perempuan, menurutnya, sering dijumpai di daerah pinggiran yang merupakan kawasan perbatasan dengan negeri tetangga.

"Seperti misalnya kasus-kasus yang ditemukan di Kabupaten Bengkalis , Kota Dumai, Selat Panjang dan Tembilahan serta Rokan Hilir," ujarnya.

Dikatakan, itulah daerah yang rawan sebagai tempat 'trafficking'. Karena daerah-daerah tersebut berbatasan langsung dengan negara-negara tetangga kita, seperti Malaysia, Singapura.

"Korban 'trafficking' yang sering ditemukan oleh P2TP2A di Riau sampai saat ini biasanya berasal dari Pulau Jawa, dan sedang menuju beberapa negara tetangga (Malaysia dan Singapura)," ungkapnya.

Dijelaskan pula, kebanyakan dari para korban itu, untuk dijadikan sebagai PSK, sebagaimana belum lama ini ditemukan di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Riau.

"Kami berharap kepada semua pihak, agar ke depannya bersama-sama mengatasi kasus 'trafficking', khususnya di Riau, karena daerah ini merupakan salah satu daerah yang paling rawan untuk kasus 'trafficking'," kata Risdayanti.