Ribuan Burung 'raptor' bermigrasi

id ribuan burung raptor bermigrasi

Pekanbaru - Burung-burung pemangsa alias 'raptor' yang berjumlah ribuan ekor, secara bertahap bermigrasi dari kawasan Asia Timur ke Provinsi Riau, Indonesia, dengan tujuan utama di Pulau Rupat, Kecamatan Tanjung Medang, Kabupaten Bengkalis.

"Jumlahnya mencapai ribuan individu. Mereka datang berkelompok danbisa mencapai 200 ekor setiap rombongan kedatangannya, dimulai bulan September tahun lalu," ungkap Koordinator Simpul 'RAIN' Riau, Heri Tarmizi, kepada ANTARA di Pekanbaru, Kamis.

Ia menjelaskan, migrasi tersebut rutin dilakukan para 'raptor Asia Timur, seperti dari Jepang dan Taiwan, karena di daerah itu tengah berlangsung musim semi ('spring migration').

Berdasarkan data tahun 2009, lanjutnya, burung yang bermigrasi ke Pulau Rupat mencapai 7.270 individu.

"Sekitar 99,8 persen burung yang bermigrasi terdiri dari spesies Singkep Madu Asia ('oriental honey buzzard')," tuturnya.

Selain itu, menurutnya, ada Baza Hitam ('avicieda leuphotes'), Alap-alap Cina ('acipiter gularis'), Alap-alap Kawah ('falco peregrinus'), Rajawali Totol ('aquila clanga'), dan Elang Tiram ('pandion haliaetus').

"Jalur migrasinya mereka bergerak melalui Thailand, Malaysia dan menetap di Pulau Rupat," katanya.

Kawanan 'raptor' itu, menurutnya, singgah untuk menghindari cuaca dingin di habitat aslinya dan memilih Riau, karena kondisi hutan yang relatif masih bagus serta pakan alami melimpah.

"Pada bulan Maret hingga April ini, mereka akan meninggalkan Rupat untuk kembali ke habitat asalnya," ujarnya.

Dikatakannya, pada masa migrasi 'raptor' tahun ini, para peneliti dan pemerhati akan melakukan pengamatan bersama di Pulau Rupat.

Peneliti dan pemerhati 'raptor', demikian Heri Tarmizi, akan bersama tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau, dan Dinas Kehutanan Kabupaten Bengkalis.

Selain itu, lanjutnya, juga akan melakukan sosialisasi kepada siswa-siswa sekolah, serta masyarakat Pulau Rupat.

Kegiatan tersebut, tuturnya, akan berlangsung selama tiga hari, mulai tanggal 10 Maret.

"Hal ini bertujuan melakukan sosialisasi dan diskusi untuk merangkul berbagai kalangan sebagai ajang pendidikan dan upaya kampanye kepedulian keberadaan raptor migran, serta arti penting Pulau Rupat bagi Indonesia dan wilayah Asia lainnya," jelas Heri Tarmizi.