Ayo Hijaukan Bumi, Hindari Kepunahan-Spesies

id ayo hijaukan, bumi hindari kepunahan-spesies

Ayo Hijaukan Bumi, Hindari Kepunahan-Spesies

Pekanbaru, (AntaraRiau) - Penurunan kerapatan pepohonan dalam kawasan hutan dan perburuan gelap yang kian marak menyebabkan sedikitnya 70 spesies yang berada di seluruh hutan Provinsi Riau terancam punah, kata ahli lingkungan.

Ahli Lingkungan Hidup dari Universitas Riau Tengku Ariful Amri yang berada di Pekanbaru menjelaskan, berdasarkan riset dan penelitian berbagai lembaga survei spesies menyebutkan bahwa terdapat ratusan jenis hewan dan tumbuhan yang terus mengalami penurunan biak di kawasan hutan Riau.

Rinciannya lebih kurang 200-an spesies burung, 100-an mamalia, puluhan jenis amfibi dan reptilia, serta lebih dari 400 spesies pepohonan, katanya.

"Dari seluruh spesies tersebut, sebanyak 70-an yang terdiri atas 30 spesies burung, 10 mamalia, 2 amfibi, dan lebih dari 20-an spesies tanaman termasuk pepohonan terancam punah karena jumlahnya yang hanya tinggal hitungan jari," katanya.

Kondisi tersebut, menurut dia, sangat disayangkan dan harus segera diambil langkah kongkret agar spesies tersebut jangan sampai punah.

Ia mengatakan, dibutuhkan upaya pemulihan yang melibatkan peran manusia secara alami. Upaya pengembalian fungsi lingkungan tersebut, menurut dia, juga melibatkan peran alami satwa sebagai faktor regenerasi alam semesta.

Ia mencontohkan, hewan mamalia yakni trenggiling yang berperan besar memangsa semut dan binatang halus lainnya yang kerap menggerogoti pepohonan hingga mengalami pengeroposan yang secara tidak langsung dapat menjaga kelangsungan regenerasi ratusan jenis pepohonan yang ada di hutan Riau.

Jumlah trenggiling dikabarkan terakhir hanya berjumlah ratusan. Jumlah tersebut, kata dia, jauh menurun dibandingkan jumlah di dua tahun sebelumnya yang mencapai angka ribuan.

Menurut dia, bukan tidak mungkin jumlah tersebut akan terus mengalami penurunan yang signifikan apabila perburuan gelap yang dilakukan orang-orang tidak bertanggung jawab terus marak.

Amri menyarankan, untuk meminimalisasi kepunahan spesies, perlu kerja keras semua pihak antara pemerintah dan masyarakat.

Salah satunya menurut dia, yakni dengan melakukan upaya penghijauan dan menyukseskan program moratorim tebang hutan yang dicanangkan pemerintah sejak akhir 2011 lalu.

Kaya SDA

Aktivis Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Universitas Riau (UR) menyatakan, Provinsi Riau yang merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan daerah yang amat kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA). Baik itu sumber daya alam permukaan yang berupa hutan maupun sumber daya alam dalam tanah berupa minyak bumi.

"Semua ini menjadi barometer bagi kelanjutan pembangunan di Bumi Lancang Kuning ini," kata Bupati Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UR Rudy Haryanto, Sabtu (12/5).

Hutan menurut dia juga merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak ternilai harganya. Namun, lanjutnya, sekarang ini hutan tidak luput dari upaya eksploitasi baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak disengaja.

Eksploitasi terhadap hutan dengan tidak menyertakan konsep ekologi menurutnya juga akan dapat menimbulkan kerusakan hutan yang merupakan paru-paru dunia dan akan sangat membawa pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat dimasa yang akan datang.

Hal demikian, kata dia, ditambah lagi pada saat sekarang ini banyak pihak-pihak yang merugikan negara. Fakta ini bahkan sering terungkap lewat berbagai media Tanah Air, seperti kasus "illegal logging".

Akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab ini, akhinya menimbulkan banyak kerugian pada orang-orang yang tidak bersalah di masa depan.

"Sekarang banyak kita lihat maupun kita dengar dimana-mana sering terjadi banjir yang hampir semua itu diakibatkan oleh hutan yang gundul, tidak berfungsinya Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai daerah resapan dan regulator air yang juga akan menjamin ketersediaan air bersih bagi kelangsungan hidup organisme disekitarnya," katanya.

Disamping itu, demikian Rudy, telah menjadi rahasia umum akibat dari eksploitasi dari sumber daya alam juga mengakibatkan perubahan bagi tatanan kehidupan dibumi, baik secara ekologis maupun secara ekonomi.

Dari segi ekologis timbulnya kerusakan hutan akibat penebangan vegetasi hutan yang tidak teratur, lanjut dia, menyebabkan perubahan iklim yang tak teratur, bahkan timbulnya pencemaran yang merusak biota air dan mengancam kepunahan spesies.

Sementara itu, dari sektor ekonomi akan mengakibatkan berkurangnya sumber daya alam yang pada giliran generasi mendatang akan sulit memperoleh hasil devisa dari sumber daya alam, katanya.

Berbagai usaha untuk pembenahan terhadap lingkungan sejauh ini menurut dia memang terus dilakukan. Salah satunya penghijauan.

Konsep penghijauan ini merupakan gerakan yang sebelumnya telah diprakarsai pemerintah dengan mengusahakan pembangunan yang berwawasan lingkungan sebagai upaya untuk memelihara keanekaragaman sumber daya hayati agar tetap lestari.

"Wujud dari usaha tersebut diantaranya adalah dengan menerapkan sistem ekolabeling, reboisasi dan menggalakkan hutan rakyat serta adanya program Hutan Tanaman Industri (HTI)," katanya.

Konsep tentang penghijauan ini menurutnya juga menjadi gerakan yang telah memasyarakat walau belum mengakar dalam sisi kehidupan masyarakat itu sendiri.

Untuk itulah Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau sebagai bagian dari masyarakat ilmiah merasa terpanggil untuk mensukseskan program pemerintah tersebut dengan melaksanakan rangkaian kegiatan penghijauan setiap tahunnya, yang sekarang ini adalah Pekan Penghijauan yang ke XXIV, demikian Rudy.

Ketua pelaksana kegiatan itu, Mohammad Yunus mengatakan, Pekan Penghijauan yang ke XXIV nantinya akan difokuskan di Kelurahan Batu Bersurat, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau.

"Diharapkan, kegiatan ini dapat memotivasi generasi muda untuk ikut bertanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan," katanya.

Selain penghijauan, kata dia, acara ini juga dirangkai dengan berbagai kegiatan lingkungan lainnya, termasuk sosialisasi dengan masyarakat sekitar dalam bentuk "Seminar Pendidikan Lingkungan".

Hal ini juga merupakan salah satu bentuk pengabdian dari para dosen di Program Studi Pendidikan Biologi UR sebagai masyarakat akademis kepada masyarakat sekitar, katanya.

"Sangat diharapkan, kegiatan ini akan merangsang masyarakat untuk dapat lebih sadar menjaga lingkungannya agar tetap lestari. Hal ini tentunya juga akan mampu meminimalisasi kepunahan berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang selama ini memang cukup signifikan," kata Yunus.

***3***

(T.KR-FZR)