Tragedi Sukhoi dan Trauma Pesawat-Murahan Oleh Fazar Muhardi

id tragedi sukhoi, dan trauma, pesawat-murahan oleh, fazar muhardi

Tragedi Sukhoi dan Trauma Pesawat-Murahan Oleh Fazar Muhardi

Pekanbaru, (AntaraRiau) - Dalam sejarah penerbangan nasional, terdapat beberapa musibah kecelakaan pesawat terbang yang menggemparkan bahkan menyedihkan khlayak.

Penelusuran ANTARA, Senin (14/5) menyebutkan, tercatat sejak tahun 1963 hingga 2012, angka Kecelakaan pesawat terbang Indonesia ada lebih dari 50 kasus.

Di tahun 1963, tepatnya tanggal 4 Desember, kecelakaan lintas udara dialami Pesawat Martin Air yang disewaGaruda Indonesian Airways untuk penerbangan haji. Pesawat ini jatuh saat akan mendarat di bandar udara Kolombo, Sri Lanka, dan menyebabkan 191 korban tewas.

Kemudian di tahun 1977, tepatnya tanggal 29 Maret, Pesawat Twin Otter Merpati Nusantara Airlines jatuh di Gunung Tinombala dalam perjalanan dari Palu ke Tolitoli, Sulawesi Tengah. Pada perisiwa ini, sebanyak 13 orang korban tewas.

Angka kecelakaan lintas udara tidak sampai di situ, pada 6 Maret 1979, pesawat Fokker F-28 milik Garuda Indonesia dengan kode penerbangan GA 553, juga mengalami kecelakaan, meski tidak merenggut korban jiwa, insiden ini menyebabkan puluhan penumpang luka-luka. Rentetan kecelakaan pesawat kemudian terulang pada tanggal 11 Juli 1979, masih pesawat milik PT Garuda Indonesia jenis Fokker F-28 dan PK-GVE.

Selanjutnya di tanggal 4 April 1980, juga pesawat milik PT Garuda Indonesian Airways kembali jatuh dan terbakar di Bandara Polonia, menewaskan 26 orang awak dan penumpang.

Tahun 1982 tepatnya 20 Maret, Pesawat DC-9 Garuda Indonesian Airways mendarat darurat akibat kerusakan mesin di Bandara Branti Bandar Lampung. Pada peristiwa ini, kedua ban belakang kiri pecah mengakibatkan pelek ban melenceng dari jalur landasan hingga sulit dipindahkan. Tidak ada korban jiwa pada peristiwa ini.

Kemudian di tahun 90an, rentetan kecelakaan pesawat terbang terus mewarnai dunia penerbangan Tanah Air. Terparah yakni kecelakaan Pesawat Garuda Indonesia dengan kode penerbangan GA 152 pada tanggal 26 September 1997 yang menyebabkan sebanyak 222 orang awak dan penumpangnya tewas.

Pesawat GA 152 merupakan sebuah pesawat Airbus A300-B4 yang jatuh di Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara atau sekitar 32 km dari bandara dan 45 km dari Kota Medan.

Kecelakaan terbesar kedua dalam dunia penerbangan yakni terjadi pada pesawat Silk Air di tanggal 19 Desember 1997 dengan korban tewas ada sebanyak 104 orang.

Silk Air merupakan pesawat penerbangan komersial rutin pada tahun itu, mengalami kecelakaan dengan jatuh di atas Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan.

Rentetan kecelakaan pesawat terbang terbesar selanjutnya dialami oleh Maskapai Adam Air dengan kode penerbangan KI-574, di tanggal 28 Agustus 2007 yang menyebabkan sebanyak 102 orang awak dan penumpangnya tewas.

Adam Air dinyatakan jatuh di tengah laut setelah gagal terbang dari Surabaya menuju Manado, bahkan sampai saat ini seluruh penumpangnya tidak dapat ditemukan, terkubur di dasar laut bersama bangkai pesawat.

Kecelakaan terbesar selanjutnya yakni melanda salah satu pesawat milik Maskapai Mandala Airlines dengan kode penerbangan 091, pada tahun 2005 yang menewaskan sedikitnya 101 orang awak dan para penumpangnya.

Kemudian yang terakhir yakni kecelakaan Pesawat C-130H Hercules, di tahun 2009 dengan korban tewas ada sebanyak 100 orang.

Pesawat na'as ini diberitakan menghantam daratan dan rumah sebelum mendarat di sawah, di Desa Geplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.

Tragedi Sukhoi

Rentetan kejadian kecelakaan pesawat terbang Tanah Air terus berkepanjangan. Mesuki pertengahan tahun 2012, khalayak kembali digemparkan dengan tragedi kecelakaan pesawat Rusia, Sukhoi Super Jet (SSJ) 100 di Gunung Salak, Bogor, pada Rabu (9/5) lalu.

Diberitakan, pesawat SSJ 100 dengan nomor penerbangan RA 36801 hilang kontak setelah melakukan penerbangan yang merupakan bagian dari demonstrasi atau promosi.

Demonstrasi itu diselenggarakan oleh PT Trimarga Rekatama yang merupakan agen atas pesawat produk terbaru Rusia itu.

Pesawat SSJ 100 itu sempat melakukan penerbangan sebanyak dua kali, yakni dari Halim Perdana Kusuma menuju Palabuhan Ratu dengan penumpang pebisnis di bidang penerbangan. Kemudian penerbangan kedua dilakukan dengan mengangkut hampir 50 orang penumpang juga pebisnis dan kalangan pers.

Terakhir, pesawat tersebut ditemukan dalam kondisi hancur di ketinggian 5.400 kaki di daerah Gunung Salak, Bogor. Saat ini evakuasi korban penumpng pesawat na'as itu masih terus diupayakan Tim SAR gabungan.

Sukhoi Superjet 100 merupakan pesawat penumpang untuk jarak tempuh menengah yang dirancang sejak tahun 2000 silam.

Menurut kantor berita RIA Novosti, biro rancang pesawat itu bermitra dengan berbagai pihak asing dalam pengembangan Superjet 100, termasuk Boeing, dimana sejumlah ahlinya turut serta dalam merancang pesawat tersebut.

Sejumlah pihak asing yang juga mengerjakan Superjet 100 diantaranya adalah perusahaan asal Italia, Finnmeccanica, yang menjadi investor terbesar, perusahaan asal Prancis Snecma untuk mesin dan perusahaan Thales untuk perangkat avionik.

Selain itu firma asal Jerman Liebherr juga turut dalam pengerjaan sistem pengendalian dan sistem penunjang kehidupan pesawat Superjet 100. Program pesawat ini sempat tertinggal karena penundaan pengembangan mesin serta sertifikasi.

Superjet 100 melakukan terbang perdananya pada 2008 dan mendapat sertifikasi untuk beroperasi di Rusia pada 2011 dan di Uni Eropa pada Februari 2012 lalu.

Mesin ganda Superjet 100 yang bisa memuat 100 penumpang memiliki kecepatan jelajah 828 kilometer per jam dengan jarak jelajah maksimum 3.000 hingga 4.500 kilometer dengan muatan penuh, tergantung kapasitas tempat duduk.

Pesawat tersebut dibuat dengan tujuan untuk menggantikan pesawat Tupolev Tu-134 dan Yakovlev Yak-42 dan bersaing dengan pesawat penumpang dari perusahaan asal Brazil, Embraer E-Jets dan perusahaan asal Kanada, Bombardier CRJ dengan menawarkan alternatif yang lebih murah dari keduanya sebanyak 35 juta dolar AS per unit.

Timbulkan Trauma

Tragedi pesawat Sukhoi Superjet (SSJ) 100 yang menabrak tebing Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, beberapa hari terakhir terus mewarnai halaman depan surat kabar. Bahkan seluruh stasiun televisi menayangkan visual secara terus menerus. Sungguh tragis.

Tidak kalah cepat, media dunia maya (online) juga detik per detik terus memberikan informasi terbaru terkait tragedi yang merenggut sedikit 45 korban jiwa itu.

Kejadian ini bahkan membuat sejumlah calon penumpang pesawat di Bandar Udara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru cukup resah.

Beberapa calon penumpang pesawat Lion Air misalnya, yakni Donna dan Afriani, keduanya yang tengah menunggu di terminal bandara untuk diterbangkan menuju Jakarta pada Jumat siang (11/5) lalu mengaku resah dan cemas akibat tragedi kecelakaan pesawat andalan Rusia yang menjadi tayangan utama di berbagai media Tanah Air.

"Sangat resah dan cemas. Tapi saya berusaha untuk tetap tenang. Harapan kami, kedepan pemerintah lebih ketat dalam menseleksi pesawat komersil. Jangan hanya memikirkan murahnya saja," kata Donna.

Sementara Afriani yang duduk disebelah Donna di terminal Bandara SSK II Pekanbaru, juga mengaku cukup khawatir saat setiap kali menumpangi pesawat ketika berpergian ke luar kota untuk kepentingan bisnis.

"Rasanya ingin naik mobil saja, biar lama sampainya, tapi untuk sekarang ini sepertinya lebih tenang dan nyaman. Naik pesawat, saya sangat cemas sekarang," katanya.

Afriani mengaku ingin pergi ke Jakarta untuk kepentingan bisnis perusahaannya yang bergerak dibidang obat-obatan.

"Kami, termasuk saya dan teman-teman di satu perusahaan, memang sering berpergian ke sejumlah kota luar provinsi. Banyak kepentingan perusahaan, termasuk dalam rapat khusus perusahaan. Makanya naik pesawat ini hampir setiap pekan dan baru sekali ini merasa sangat cemas," katanya.

***3***