Sawu Kawasan Konsevasi Laut Terbesar Asia Tenggara

id sawu kawasan, konsevasi laut, terbesar asia tenggara

Pekanbaru, (antarariau) - Sebagai bentuk komitmen Pemerintah Indonesia terhadap pengelolaan sumber daya laut dan pesisir, telah menetapkan kawasan konvervasi laut Sawu seluas 3,5 juta hektar sebagai kawasan konservasi laut.

"Kawasan konservasi laut ini merupakan yang terbesar di Asia Tenggara dan salah satu yang terbesar dari jenisnya di dunia," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C.Sutardjo dalam siaran persnya yang diterima ANTARA Pekanbaru, Jumat.

Selain memperluas kawasan konservasi, menuurt dia, KKP juga akan menekankan efektivitas manajemen konservasi.

Ia mengatakan, sampai dengan pertengahan 2012, Indonesia telah berhasil menetapkan kawasan konservasi laut seluas 15,35 juta ha atau 76,75 persen dari target yang telah ditetapkan sebesar 20 juta ha pada 2020.

Kebijakan tersebut bagian dari upaya mendukung pencapaian progam 'ekonomi biru'.

"Sebelumnya Presiden Indonesia SBY sudah menyatakan komitmennya bahwa prinsip-prinsip Ekonomi Biru perlu diterapkan untuk mencapai tujuan pertumbuhan yang berkelanjutan berdasarkan ekuitas," katanya .

Bahkan Presiden SBY, katanya lagi, mencantumkan prinsip ekonomi biru dalam dokumennnya dengan mengangkat judul, Masa Depan Indonesia pada 2014 untuk mengidentifikasi dan strategi utama laut pada tahun 2014 guna melestarikan dan mengelola secara berkelanjutan kelautan dan sumber daya perikanan.

Salah satu cara untuk mencapai transformasi potensi untuk Ekonomi Biru melalui konservasi keanekaragaman hayati yang berpusat pada rakyat.

Pendekatan ini fokus pada "win-win solution" yang mengakomodasi kebutuhan dan aspirasi melalui konsultasi termasuk semua pemangku kepentingan.

Namun demikian, perlu dibarengi dengan pelestarian ekosistem yang menyediakan makanan, mata pencaharian dan pendapatan kepada masyarakat.

Secara umum, pendekatan ini dapat berkembang dengan cara antara lain pemahaman yang lebih baik dalam menghargai ekosistem laut, mensinergikan pengelolaan ekosistem laut dengan ketahanan pangan.

Kemudian strategi pembangunan ekonomi dan sosial, serta transisi ekonomi, pasar, industri dan masyarakat menuju pola yang lebih berkelanjutan terhadap penggunaan sumber daya kelautan dan pesisir dari waktu ke waktu.

Prinsip 'ekonomi biru' dinilai dapat memberikan keuntungan bagi Indonesia, yang terdiri dari lebih 70 persen laut dan pesisir. Prinsip ini dapat mendukung pembangunan kelautan dan sumber daya perikanan berkelanjutan.

"Laut dan sumber daya perikanan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang saat ini menghadapi ketidakpastian atas tren regional dan masa depan dunia," katanya.

Berdasarkan data KKP pada 2010, penduduk Indonesia sebesar 237 juta dan diperkirakan pada 2020 mencapai 255 juta. Sedangkan potensi ekonomi laut Indonesia sekitar 1,2 triliun dolar AS per tahun, atau setara dengan 10 kali APBN negara pada 2012.

Terkait hal itu menurut Sharif, ekonomi biru harus dapat mendorong keberlanjutan stok ikan, terjaminnya ekosistem dan kesehatan lingkungan.

Serta mendorong pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya secara efektif laut dan perikanan. Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah melalui penguatan kerangka kelembagaan pemerintahan dan koordinasi kebijakan di tingkat nasional, regional dan internasional.

Pada 2013 Indonesia akan menjadi tuan rumah terkait Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik APEC yang menitikberatkan pada ekonomi biru. Seiring dengan itu, maka prinsip ekonomi biru akan dibawa sebagai salah satu agenda utama yang akan dibahas oleh forum APEC.