BPS Nilai Tukar Petani Riau Melemah

id bps nilai, tukar petani, riau melemah

Pekanbaru, (antarariau.com) - Badan Pusat Statistik menyatakan nilai tukar petani atau NTP di Provinsi Riau pada Januari 2013 sebesar 102,42, atau melamah 0,11 persen dibanding Desember tahun lalu.

"Penurunan NTP disebabkan indeks harga yang diterima petani lebih kecil dibandingkan yang harus dibayar oleh petani," kata Kepala BPS Provinsi Riau, Mawardi Arsyad di Pekanbaru, Sabtu.

NTP adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dan indeks harga yang dibayar petani. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani sehingga semakin tinggi NTP dapat diartikan kemampuan daya beli atau daya tukar petani relatif lebih baik, dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik.

Menurut Mawardi, kenaikan NTP disebabkan indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,52 persen relatif, lebih kecil dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang mencapai 0,63 persen.

Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 115,18, Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 115,18, Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 95,85, Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPPT) 101,31 dan Nilai Tukar Petani Nelayan (NTPN) 91,48.

Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya kenaikan indeks harga yang diterima petani terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat, yaitu sebesar 1,02 persen.

"Pengaruh paling besar akibat naiknya harga karet dan kelapa sawit yang masing-masing mencapai 0,62 persen dan 0,49 persen," ujarnya.

Kemudian, indeks harga yang dibayar petani tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar 0,71 persen yang disebabkan oleh naiknya harga barang-barang konsumsi rumah tangga seperti telur ayam ras dengan andil 0,18 persen, beras dan cabai merah masing-masing 0,11 persen, ikan tenggiri 0,10 persen, gula pasir 0,09 persen, bawang merah 0,07 persen, dan rokok kretek filter 0,06 persen.

Ia menambahkan, pada Januari 2013 terjadi inflasi di daerah perdesaan Provinsi Riau sebesar 0,77 persen. Inflasi

perdesaan terjadi karena kenaikan indeks harga terjadi hampir pada semua kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu kelompok bahan makanan sebesar 1,17 persen, kelompok makanan jadi, rokok dan tembakau serta kelompok sandang masing-masing sebesar 0,87 persen.

Kemudian kelompok kesehatan sebesar 0,37 persen, kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,12 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,03 persen. Sedangkan, kelompok perumahan mengalami penurunan sebesar 0,19 persen.

"Laju inflasi year on year di daerah pedesaan Provinsi Riau adalah sebesar 3,96 persen," ujarnya.