DPRD Desak Pemprov Bantu Korban Kebakaran Lahan

id dprd desak, pemprov bantu, korban kebakaran lahan

Pekanbaru, (antarariau.com) - Anggota Komisi A DPRD Provinsi Riau Tony Hidayat mendesak pemerintah daerah untuk segera memperhatikan nasib Dulsani Purba, seorang petani yang kini terbaring koma dan kehilangan isterinya akibat menjadi korban kebakaran lahan di Riau.

"Pemerintah provinsi harus segera turun tangan untuk membantu meringankan penderitaannya, sebab korban jiwa sudah ada didepan mata," kata Tony Hidayat kepada Antara saat menjenguk Dulsani di RS Awal Bros, Pekanbaru.

Kebakaran lahan di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau memakan korban jiwa seorang ibu bernama Laniem (45), sedangkan suami korban bernama Dulsani Purba (50) kini dalam kondisi kritis akibat luka bakar dan terlalu banyak menghirup asap.

Dalam kunjungannya, Tony Hidayat mengaku sangat prihatin ketika melihat langsung kondisi Dulsani. Apalagi, ia mengatakan korban hanya seorang petani kecil yang menjadi korban saat mencoba menyelamatkan buah sawit yang tersisa dari kebakaran besar yang menjalar ke kebun miliknya.

Selain itu, ia juga mengimbau agar perusahaan-perusahaan yang ada di Riau untuk memperhatikan korban kebakaran lahan dengan segera menyalurkan bantuan.

"Jangan sampai keluarga korban dibebankan biaya rumah sakit karena masalah kebakaran lahan ini sudah menjadi bencana nasional," tegas politisi Partai Demokrat ini.

Selain itu, ia juga meminta agar ada koordinasi antara pemerintah daerah, provinsi dan pemerintah pusat untuk segera bertindak nyata untuk menghentikan kebakaran lahan yang makin luas melanda Riau hingga mengakibatkan asap mencapai negara-negara tetangga.

"Jangan sampai menunggu hujan untuk menghentikan kebakaran ini, saya paham memadamkan api di lahan gambut memang sulit, tapi harus segera ada upaya nyata untuk menghentikannya dan bisa dengan membuat hujan buatan," katanya.

Hingga kini kebakaran lahan di Riau belum bisa ditanggulangi karena faktor cuaca panas dan karakteristik lahan gambut yang membuat upaya konvensional untuk memadamkan kebakaran tidak optimal.

Berdasarkan laporan terakhir dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, pantauan terakhir Satelit NOAA 18 menunjukan ada 142 titik panas (hotspot) yang tersebar di 11 wilayah kabupaten dan kota.