Pekanbaru, (antarariau.com) - Pemprov Riau seharusnya bisa memanfaatkan empat unit mesin pembangkit listrik tenaga gas di 'Duri Field' dengan kapasitas total 62 MW (3x14 MW) dan 1x20 MW itu yang telah dihibahkan PT. Chevron Pacific Indonesia (CPI) pada 25 Mei 2003.
"Pembangkit tersebut dihibahkan untuk membantu Pemerintah Provinsi Riau dalam memenuhi kebutuhan listrik masyarakat, apalagi saatnya kini tepat dalam mengatasi 'krisis' listrik di daerah ini," kata Tiva Permata, Manager Komunikasi Chevron di Pekanbaru, Rabu.
Hal itu disampaikannya terkait Pemprov Riau mempertanyakan kontribusi CPI dalam mengatasi krisis listrik masyarakat di daerah itu ditandai dengan terjadinya pemadaman bergilir akibat pasokan air antara lain untuk PLTA di Koto Panjang berkurang karena kemarau.
Menurut dia, untuk mesin pembangkit listrik 1x20 MW dengan menggunakan sumber daya gas itu sudah dipindahkan ke Teluk Lembu dan dioperasikan oleh Pemerintah Provinsi Riau.
Namun untuk mesin pembangkit listrik berkapasitas total 62 MW (3x14 MW) hingga kini belum dimanfaatkan Pemerintah Provinsi Riau, padahal tahun 2008 CPI telah bersedia memberikan bantuan tekhnis untuk mengoperasionalkan mesin yang dihibahkan itu.
Berdasarkan keterangan dari petugas di Duri Field, kata Tiva, tahun 2010 Pemerintah Provinsi Riau sudah melakukan peninjauan ulang namun hingga kini belum ada informasi lebih lanjut apakah mesin itu sudah beroperasi atau belum.
"Sebaiknya Pemerintah Provinsi Riau segera mengoperasionalkan mesin tersebut dalam upaya membantu mengatasi krisis listrik di daerah ini," katanya.
Ia mengatakan, CPI memproduksi listrik hanya sesuai kebutuhan operasinya, bahkan dengan rencana pengembangan yang ada CPI akan membutuhkan listrik lebih banyak daripada yang bisa diproduksi saat ini.
Sistim listrik CPI berbeda dengan PLN dan tidak bisa berinterkoneksi. CPI menggunakan tegangan 110 volts dengan sistem 60 Hertz/cycle sedangkan PLN menggunakan 220 volt sistem 50 Hertz/cycle.
"Perbedaan tegangan dan cycle ini bisa menyebabkan kerusakan-kerusakan pada berbagai peralatan elektronik rumah tangga," katanya.
Sementara itu, saat ini total kemampuan pembangkit listrik CPI pada kondisi normal 588 MW dan kebutuhan saat ini 495 MW pada beban puncak termasuk pasokan untuk BOB.
Bila satu unit pembangkit 100 MW mati, karena insiden atau untuk pemeliharaan berkala --rata-rata 10 minggu dalam setahun-- itu maka kemampuan pembangkit kurang lebih sama dengan kebutuhan saat ini.
"Sedangkan kapasitas terpasang pembangkit listrik 640 MW atau 340 MW oleh CPI dan 300 MW oleh GoGen. Kebutuhan normal CPI saat ini beban rata-rata 475 MW dan beban puncak 495 MW untuk semua kebutuhan mencakup kebutuhan lapangan dan fasilitas produksi, kebutuhan listrik kantor dan perumahan," katanya.
Berita Lainnya
Indonesia optimistis bisa bawa pulang kembali Piala Thomas tahun ini
24 April 2024 11:22 WIB
Kemendagri: Dana desa bisa digunakan untuk dukung program pemberantasan narkoba
23 April 2024 13:27 WIB
Ekonomi Indonesia bisa tumbuh hingga 5 persen meski ada konflik Iran-Israel
22 April 2024 14:32 WIB
Kemendag dorong produk pertanian Indonesia bisa masuk pasar Australia
20 April 2024 13:03 WIB
Berikut ini lima gaya pakaian yang bisa dipadukan dengan sepatu kets
19 April 2024 12:00 WIB
Stres ternyata juga bisa menyebabkan sakit punggung
19 April 2024 11:53 WIB
Diet sayur dan rendah gula bisa bantu kurangi risiko penyakit gagal jantung
17 April 2024 15:03 WIB
Jalur kereta komuter yang alami anjlok di Mangga Dua sudah bisa dilewati kembali
13 April 2024 16:04 WIB