Bencana Asap Tidak Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Riau

id bencana asap, tidak pengaruhi, pertumbuhan ekonomi riau

Bencana Asap Tidak Pengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Riau

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Bank Indonesia menyatakan bencana asap akibat kebakaran lahan gambut pada awal tahun 2014 tidak banyak berdampak negatif terhadap fundamental ekonomi di Provinsi Riau.

Itu terbukti karena laju pertumbuhan ekonomi Riau sepanjang triwulan I-2014 tetap mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya, kata Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Riau, Mahdi Muhamad di Pekanbaru, Minggu..

"Perkiraan dampak berkurangnya aktifitas ekonomi akibat bencana kabut asap yang mulai menyerang Riau pada Februai-Maret 2014 nampaknya tidak sepenuhnya terbukti," ujarnya

Pihak BI mencatat, realita laju pertumbuhan ekonomi seolah melawan pakem pertumbuhan nasional karena Badan Pusat Statistik (BPS) Riau mencatat terjadi peningkatan ekonomi Riau sepanjang triwulan I-2014 mencapai 4,34 persen (yoy), dibandingkan periode sebelumnya sebesar 3,77 persen.

"Perkembangan awal tahun yang menggembirakan ini seolah mengembalikan lembaran ekonomi Riau yang secara historis rata-rata tumbuh di atas empat persen," ujarnya.

Menurut dia, "lompatan" besar terjadi pada sektor perdagangan yang tumbuh mendekati empat kali lebih tinggi dari 2,23 persen pertumbuhan periode sebelumnya dan produksi sektor minyak dan gas (migas) yang semakin membaik.

Dorongan pada perdagangan merupakan respons dari masih kuatnya permintaan domestik sejalan dengan membaiknya kepercayaan konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan dan meningkatnya pendapatan penduduk yang dicerminkan oleh peningkatan harga tandan buah segar (TBS) pada awal 2014 dan nilai tukar yang bertengger pada kisaran Rp11.300-Rp11.600 per dolar AS.

Selain itu, menguatnya ekonomi Riau juga didukung oleh menurunnya tekanan harga barang dan jasa. Laju inflasi di provinsi Riau melambat sebesar 103 basis poin menjadi 7,76 persen dengan kota Dumai dan kota Pekanbaru menjadi penyumbang perlambatan tersebut.

Melimpahnya pasokan beras, cabai merah dan bawang merah akibat panen di daerah sentra industri dan lancarnya distribusi menjadi sumber utama menurunnya tekanan harga barang dari kelompok "volatile foods".

Hanya saja, ia menyayangkan adanya kebijakan otoritas penerbangan untuk menaikan "surcharge" pada tarif angkutan udara menjadi penahan laju penurunan inflasi, mengingat angkutan udara merupakan salah satu alat transportasi favorit di Riau.

Sementara itu, Kota Tembilahan sebagai kota terbaru dalam perhitungan inflasi di provinsi Riau masih harus bekerja giat guna menurunkan inflasinya yang mencapai 12,59 persen.

"Meskipun dalam tren menurun, laju inflasi Riau saat ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata inflasi historisnya sejak 2009¿2013," katanya.