WWF Sayangkan Pernyataan Terkait Tesso Nilo

id wwf sayangkan, pernyataan terkait, tesso nilo

WWF Sayangkan Pernyataan Terkait Tesso Nilo

Pekanbaru, (Antarariau.com) - WWF-Indonesia yang merupakan organisasi konservasi nasional yang independen dan diakui oleh hukum Indonesia, dengan badan hukum yayasan menyayangkan pernyataan terkait berita "bekukan WWF di Tesso Nilo".

"WWF Indonesia mendukung upaya untuk menjaga integritas dan memerangi perambahan di dalam kawasan Taman Nasional Tesso Nilo. Upaya itu merupakan partisipasi aktif bersama para pemangku kepentingan di sekitar kawasan Taman Nasional Tesso Nilo untuk melaksanakan Patroli Pengamanan Hutan dan Kawasan Hutan Tesso Nilo yang dibentuk sejak tahun 2007 secara kolaboratif," ujar Noverica Widjojo Media Relation Officer WWF Indonesia dalam surat elektronik yang diterima Antara, Minggu.

Sebelumnya anggota DPRD Riau Tony Hidayat menyatakan pemerintah harus melakukan evaluasi keberadaan NGO asing dan tidak hanya di Tesso Nilo, tetapi juga di Indonesia bila peran yang diberikan pemerintah selama ini disalahgunakan. "Lebih baik dibekukan dulu untuk dievaluasi," ujarnya.

Noverica menyatakan dalam kaitannya dengan Taman Nasional Tesso Nilo di Riau, WWF-Indonesia bekerja di kawasan tersebut sebagai mitra kerja Kementerian Kehutanan RI, khususnya Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), guna melindungi keanekaragaman hayati dan mendorong pembangunan berkelanjutan di kawasan tersebut. Pengelolaan Taman Nasional di seluruh Indonesia (termasuk Taman Nasional Tesso Nilo) berada dalam tanggung jawab dan kewenangan Kementrian Kehutanan, khususnya PHKA, dan pengelolaannya di lapangan berada dibawah Balai Taman Nasional.

Taman Nasional Tesso Nilo dengan luas total 83.068 hektar ditetapkan oleh Kementrian Kehutanan RI dalam dua tahap pada tahun 2004 dan 2009 dimaksudkan untuk melindungi keanekaragaman hayati penting hutan dataran rendah yang masih tersisa dan memberikan ruang jelajah yang cukup bagi sekitar 150 ekor gajah liar yang berada di kawasan tersebut, agar konflik satwa dan manusia dapat dihindari.

Analisis Bank Dunia di akhir 1990an mengatakan, hutan dataran rendah di Sumatera akan lenyap di tahun 2005. Dan dengan tingginya kecepatan perambahan yang terjadi di Taman Nasional Tesso Nilo, pernah diperkirakan pada tahun 2007, hutan Taman Nasional Tesso Nilo akan terbabat habis. Berkat upaya dari PHKA, dengan didukung mitra LSM dan Forum Masyarakat Tesso Nilo, prediksi tersebut tidak terbukti dan hingga kini masih ada sekitar 37 ribu ha hutan yang bisa dipertahankan di dalam Taman Nasional Tesso Nilo.

Saat ini Taman Nasional Tesso Nilo terancam oleh perambahan hutan untuk dijadikan kebun sawit. Hasil analisis citra satelit tahun 2012 menunjukkan bahwa dari total kawasan Taman Nasional seluas 83.068 ha, sekitar 46.000 ha (atau 56 %) telah dirambah atau telah berubah fungsi menjadi kebun kelapa sawit, karet dan lainnya. Upaya penegakan hukum merupakan salah satu langkah penting dalam penanganan perambahan, khususnya yang melibatkan pelaku bermodal besar.

Menurut Noverica, perambahan telah mempersempit daerah jelajah gajah dan menyebabkan konflik. Salah satu kontribusi WWF-Indonesia dalam upaya mitigasi penanganan konflik manusia-gajah, WWF bersama dengan BKSDA Riau dan Balai Taman Nasional Tesso Nilo mengoperasikan kegiatan Flying Squad di Taman Nasional Tesso Nilo sejak April 2004. Flying Squad terdiri dari 4 ekor gajah terlatih dan 8 orang pawang perawatnya. Tim ini melakukan pengusiran dan penggiringan gajah liar kembali ke habitatnya hingga kerugian masyarakat akibat serangan gajah liar dapat diminimalkan. Sejak dioperasikannya tim ini sampai 2010 tingkat kerugian masyarakat dapat ditekan hingga 75%.

Ditegaskannya WWF-Indonesia juga membantu masyarakat setempat dalam peningkatan ekonomi alternatif melalui pemanfaatan secara lestari Madu Hutan Sialang dan pendampingan kepada petani kebun sawit swadaya yang mencakup 349 Kepala Keluarga di Kecamatan Ukui yang berada di kawasan penyangga Taman Nasional Tesso Nilo untuk menerapkan prinsip-prinsip perkebunan lestari.

Sebelumnya Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan pekan lalu mengaku kecewa dengan pengelolaan Taman Nasional Tesso Nilo di Riau yang dilakukan oleh organisasi World Wildlife Fund karena cagar alam tersebut telah dirambah para petani sawit.

"Pengelolaan Tesso Nilo oleh WWF saya akui kurang berhasil. Cagar alam ini kan rumahnya berbagai satwa seperti beruang, gajah Sumatra malah dirusak dan ditanami sawit juga. Sudah 50.000 hektare yang dirambah. Sekarang saya tertibkan semua," ucapnya.