Perusahaan Sawit Malaysia Gandeng UR Mitigasi Karhutla

id perusahaan sawit, malaysia gandeng, ur mitigasi karhutla

Perusahaan Sawit Malaysia Gandeng UR Mitigasi Karhutla

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Perusahaan kelapa sawit dari Malaysia PT Bhumireksa Nusasejati menggandeng Universitas Riau (UR) untuk pendampingan masyarakat dalam mitigasi resiko kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau.

PT Bhumireksa Nusasejati (BNS) merupakan anak perusahaan dari PT Minamas Plantation, yang merupakan bagian dari korporasi industri kelapa sawit besar Sime Darby dari Malaysia dan sebelumnya tersangkut kasus dugaan pembakaran lahan di Riau pada 2013, namun Kementerian Lingkungan Hidup tidak meneruskan kasus tersebut.

"Kami berharap program kerjasama ini akan memberikan solusi jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan dengan memberikan solusi yang berkelanjutan terhadap penanganan isu bencana asap, yang merugikan kesehatan masyarakat dan berdampak buruk terhadap lingkungan," kata Presiden Direktur Minamas Plantation, Karpanasamy Rengasamy, dalam surat elektronik kepada Antara di Pekanbaru, Senin.

Kerjasama kedua pihak ditandai dengan penandatanganan kesepakatan bersama (MoU) tentang "Pendampingan Desa di Sekitar Operasional PT BNS", di Pekanbaru pada 17 Juli lalu. Berdasarkan MoU itu, keduanya sepakat untuk berkolaborasi dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan berbasis masyarakat dengan pendampingan di desa-desa yang berbatasan langsung dan sekitar areal konsesi perusahaan dalam hal memitigasi resiko kebakaran, terutama di lahan gambut di Riau.

Ia mengatakan, pelatihan akan melibatkan masyarakat setempat dalam menjalankan pertanian berkelanjutan dengan kebijakan nol pembakaran (zero burning).

UR nantinya akan berbagi pengetahuan dan keahlian yang memanfaatkan sumber daya pelatih dan pendidiknya dalam menemukan solusi tuntas bagi masyarakat setempat perihal bencana asap.

Menurut dia, para peneliti dan ilmuwan bersama dengan tenaga pendamping dari UR akan melakukan kegiatan pendampingan dan hidup bersama ditengah-tengah masyarakat.

Gunanya adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor sosial ekonomi yang memaksa mereka untuk melakukan pembakaran lahan setiap tahunnya, dan mengevaluasi pendekatan apa yang paling tepat sasaran untuk dapat diterapkan di wilayah bersangkutan.

"

Tujuannya adalah untuk merumuskan pendekatan jangka panjang yang paling tepat dalam memperbaiki penghidupan masyarakat di sekitar kebun, tanpa harus melakukan pembakaran lahan lagi," katanya.

Rektur UR, Prof. Dr. Ashaluddin Jalil, mengatakan Universitas Riau juga memiliki komitmen untuk siap bekerjasama dengan berbagai pihak, termasuk perusahaan swasta, untuk menemukan solusi tuntas bencana asap yang terjadi di Riau.

Menurut dia, Tim Studi Agribisnis dari Fakultas Pertanian UR telah berpengalaman menerapkan program serupa di Desa Dayun, Kabupaten Siak, Riau pada tahun 2009-2011, dan Kalimantan Barat pada tahun 2012-2014.

Berdasarkan pengalaman beberapa ahli di UR yang telah dilibatkan dalam kegiatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan bersama Kementerian Kehutanan-Japanese International Cooperation Agency (JICA), implementasi pencegahan kebakaran lahan gambut berbasis desa di sekitar PT BNS dapat ditujukan pada tiga aspek. Antara lain, yaitu penguatan tata kelola lahan, ekonomi yang sangat tergantung pada lahan, dan kelembagaan masyarakat yang harus diperbaiki.

Sementara itu, Direktur PT BNS Mohd Ghozali Yahya mengklaim bahwa pihaknya telah melakukan berbagai langkah efektif untuk mencegah, mendeteksi dan mengelola keberadaan titik api untuk tahun ini. Perusahaan secara signifikan telah meningkatkan pengawasan titik api di Riau dan Kalimantan serta di daerah operasional Perusahaan lainnya. Jumlah menara api sekarang telah mencapai 10 unit di PT BNS dan akan bertambah lagi.

"Selain itu, PT BNS sudah membantu pembentukan tim Masyarakat Peduli Api (MPA) yang dibentuk di tingkat desa dan kecamatan," ujarnya.