Sembilan Pabrik Karet Riau Tidak Berproduksi

id sembilan, pabrik karet, riau tidak berproduksi

 Sembilan Pabrik Karet Riau Tidak Berproduksi

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Dinas Perkebunan Provinsi Riau menyatakan sembilan dari 15 pabrik pengolahan karet di wilayahnya sudah tidak berproduksi karena kekurangan bahan baku untuk memenuhi peralatan yang terpasang.

"Dari 15 pabrik karet, hanya enam yang aktif produksi dan sembilan lainnya masih buka tapi tidak beroperasi," kata Kepala Bidang Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP) Dinas Perkebunan Riau, Ferry HC Ernaputra, di Pekanbaru, Kamis.

Ia mengatakan, sembilan pabrik tersebut sekarang hanya menampung hasil bahan olah karet rakyat (bokar) dan kemudian menjualnya ke pabrik lain yang masih aktif.

"Perusahaan mengaku tidak mendapat cukup bahan baku, tapi statusnya pabrik tetap buka," katanya.

Berdasarkan data Dinas Perkebunan Riau tahun 2012, luas perkebunan karet daerah itu mencapai 500.851 hektare (ha) dengan 96 persen merupakan perkebunan rakyat, namun sebagian besar sudah berusia sangat tua sehingga produksinya menurun.

Sektor ini menyerap 25 persen tenaga kerja masyarakat di Riau yang menggantungkan kehidupan dari subsektor perkebunan karet.

Ia mengatakan Dinas Perkebunan mendorong dilakukan peremajaan perkebunan karet di Riau.

Selain itu, pemerintah juga mendorong makin banyak pembentukan Unit Pengolahan Pemasaran Bokar (UPPB) sebagai bagian dari upaya merevitalisasi sektor pertanian, yakni badan usaha untuk mencapai standarisasi mutu dan sertifikasi agar petani mendapatkan posisi tawar yang baik dalam tata niaga karet.

Menurut dia, pembenahan tata kelola berhasil meningkatkan produksi karet petani sekitar 15 persen, dan yang lebih penting lagi petani melalui UPPB mendapat harga jual yang menguntungkan.

"Saat ini sudah ada tiga UPPB di Riau, dan pada tahun ini akan ditargetkan terbentuknya minimal tujuh UPPB yang berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi, Kampar, Indragiri Hulu, Pelalawan dan Rokan Hilir," katanya.

Tak aktifnya pabrik-pabrik karet itu berdampak pada industri manufaktur di Riau.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Riau pada triwulan II-2014 industri pengolahan sektor tersebut pertumbuhan produksinya negatif. Jenis industri karet, barang dari karet dan plastik turun sebesar -2,56 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.