GAPKI: Kampanye Sawit Negatif Lindungi Kepentingan Eropa

id gapki, kampanye sawit, negatif lindungi, kepentingan eropa

 GAPKI: Kampanye Sawit Negatif Lindungi Kepentingan Eropa

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Provinsi Riau Hinsatopa Simatupang menengarai gencarnya kampanye negatif terhadap produk sawit Indonesia khususnya dari Riau hanya untuk kepentingan melindungi bisnis pengusaha Uni Eropa.

"Kampanye yang menuding sawit kita merusak lingkungan disuarakan banyak pihak, terutama LSM dari Uni Eropa itu hanya motif ekonomi untuk membendung sawit sebagai bahan bakar biofuel karena komoditas mereka untuk bahan bakar serupa seperti biji bunga matahari bisa terancam," kata Hinsatopa di Pekanbaru, Kamis.

Ia mengataan, industri sawit Indonesia dalam pengelolaan lingkungan terus berbenah dan lebih mengutamakan pembangunan berkelanjutan. Ia menilai kampanye negatif dari negara asing tersebut juga sebenarnya tidak signifikan mengganggu ekspor ke Uni Eropa, karena porsi ekspor ke daerah tersebut sebenarnya sangat kecil.

"Analoginya, kalau kita memproduksi lima CPO (minyak sawit mentah), maka ekspor ke Uni Eropa hanya satu. Jadi kalau mereka meributkannya karena ada hal lain," ujarnya.

Menurut dia, ada solusi untuk memproteksi produk turunan sawit adalah dengan menyerapnya untuk memenuhi kebutuhan domestik, khususnya untuk biodiesel. Meski sudah ada kebijakan komposisi 10 persen biodiesel dalam bahan bakar solar di dalam negeri, namun ia menilai pemerintah dalam pelaksanaannya tidak konsisten.

Menurut dia, sebenarnya pengusaha siap apabila ada kewajiban memenuhi kebutuhan domestik baik itu untuk kebutuhan pangan, industri, maupun energi. Namun, ia menilai pemerintah selama ini hanya lebih mengedepankan peningkatan penerimaan dari peningkatan bea keluar CPO progresif ketimbang untuk menyerap produk turunan sawit untuk pasar dalam negeri.

Menurut dia, pengusaha sebenarnya mengharapkan adanya kebijakan yang memudahkan penyerapan biodiesel di dalam negeri. Dengan begitu, Indonesia juga tidak akan bergantung pada ekspor CPO yang kini lesu karena resesi global, dan menjadi sasaran kampanye hitam dari LSM asing maupun negara di Uni Eropa.

"Kalau penyerapan di dalam negeri besar, kita tidak perlu ribut-ribut soal ekspor ketika CPO Indonesia dituding oleh negara-negara Uni Eropa tidak ramah lingkungan," katanya.

Peniliti lembaga kajian ekonomi kerakyatan dan migas dari Duri Institute, Agung Marsudi, juga sempat mengatakan hal serupa bahwa dalam bidang energi, pemerintah seharusnya mengoptimalkan potensi energi terbarukan dari biodiesel untuk mengurangi impor BBM.

Potensi biodiesel sangat besar karena produksi kelapa sawit Indonesia sangat tinggi, terutama berasal dari Riau dengan luas area kebun sawit lebih dari 3 juta hektare dan menyumbang 30 persen dari 26 juta ton produksi nasional CPO.