Warga Halangi Patroli Gajah Bersama di Tesso Nilo

id warga halangi, patroli gajah, bersama di, tesso nilo

Warga Halangi Patroli Gajah Bersama di Tesso Nilo

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Sekelompok warga menghalangi patroli pasukan gajah dalam "Operasi Bersama" di Taman Nasional Nasional Tesso Nilo, Provinsi Riau karena ketidakpahaman mengenai pentingnya keberadaan gajah di kawasan konservasi tersebut.

"Ada resistensi dari warga Desa Kesuma karena ada kecurigaan gajah yang dibawa adalah gajah liar yang akan dilepasliarkan di taman nasional," kata Kepala Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau, Johnny Lagawurin, ketika dihubungi Antara dari Pekanbaru, Sabtu.

Desa Kesuma berada diperbatasan kawasan taman nasional yang menjadi salah satu akses masuk di Kabupaten Pelalawan. Ia mengatakan, resistensi warga itu membuat kegiatan patroli gajah berubah dari rencana yang semula melibatkan enam gajah dari Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), WWF dan PT Riau Andalan Pulp and Paper.

Meski begitu ia mengatakan tidak sampai terjadi kericuhan akibat resistensi dari kelompok warga, karena petugas akhirnya memutuskan untuk mengalah dan dua gajah dari Yayasan TNTN tidak jadi dilibatkan dalam operasi bersama.

"Daerah itu memang sensitif, padahal petugas sudah menunjukan bahwa dua gajah yang dibawa adalah jinak dari Yayasan TNTN. Akibatnya, hanya ada empat gajah yang bisa ikut patroli bersama," katanya.

Kepala Balai TN Tesso Nilo, Tandia Tjahyana mengatakan, patroli bersama tersebut sebenarnya untuk memperkuat kolaborasi bersama pemangku kepentingan yang targetnya adalah melakukan pengamanan area, sosialisasi ke masyarakat, serta untuk memetakan dan mengidentifikasi kondisi terkini Tesso Nilo.

Patroli bersama itu melibatkan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau dan Balai TN Tesso Nilo sebagai koordinator. Sedangkan, pasukan gajah yang dikerahkan berasal dari Tim "Flying Squad" dari PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), WWF dan Yayasan TNTN, yang masing-masing menurunkan dua ekor gajah.

Pasukan gajah jinak beserta pawang (mahout) mulai melakukan patroli sejak tanggal 20 Agustus lalu selama 14 hari kedepan. Mereka berkeliling di kawasan hutan alam, hutan tanaman industri hingga ke areal yang rusak akibat perambahan.

"Perlu ada kesadaran bersama bahwa gajah bukanlah ancaman, bukan hama, melainkan simbol dari Riau yang harus kita jaga bersama," kata Tandia.