Pekanbaru (Antarariau.com) - Universitas Riau segera merampungkan naskah akademis standar operasional prosedur upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan gambut di Riau.
Kajian naskah akademik melalui berbagai hasil kajian dan penelitian para pakar yang dihimpun dari UGM, ITM dan CSEAS Univ. Kyoto, Jepang serta dari para peneliti UNRI, kata Pembantu Rektor IV UNRI Adi Prayitno pada lokakarya internasional "Tinjauan Kritis Multi Perspektif terjadinya Kebakaran Gambut Riau", di Pekanbaru, Selasa.
Para peneliti UNRI sudah sejak April-Agustus 2014 terus melakukan pengkajian dan penelitian tentang kebakaran di lahan gambut, serta berbagai kegiatan pembinaan sosial pada masyarakat sekitarnya agar bencana kabut asap di Riau tidak terjadi lagi.
Menurut Adi, kasus Karhutla di Riau sudah pernah terjadi sejak awal tahun 1970-an, akan tetapi pembakaran hutan dan lahan untuk membuka areal perkebunan baru oleh masyarakat masih terkendali dan tidak seperti yang terjadi pascakarhutla Riau awal tahun 2013 itu yang sangat merugikan itu.
Untuk mencegah bencana itu agar tidak terulang kembali, katanya, makan askah akademis ini nantinya sekaligus menjadi referensi dalam melakukan berbagai aksi dan berbagai metoda mencegah Karhutla khususnya pada lahan gambut tersebut.
"Dalam naskah akademis tersebut yang juga memuat kegiatan pembinaan sosial masyarakat terhadap penanggulangan Karhutla, selain itu naskah mendapatkan masukan dari kelompok masyarakat peduli alam dan hutan," katanya.
Kini, katanya, UNRI akan dipimpin oleh Rektor yang baru, akan tetapi berbagai kajian dan penelitian tentang solusi tuntas kabut asap Riau akan terus dilanjutkan, kendati memang berbagai kajian yang telah dilakukan sebelumnya diterbitkan oleh JICA ditandai dengan terbitnya enam buku panduan mencegah Karhutla itu.
Selain itu sebagai upaya kongret, katanya, kini UNRI bekerjasama dengan Pemkab Bengkalis menanam sebanyak 3 juta pohon pada areal seluas 3.000 hektare atau masing-amsing 1.000 batang pohon pada 1 hektare lahan yang bakal dijadikan proyek percontohan itu.
"Penyediaan bibit pohon disediakan dan digandakan oleh Dinas Kehutanan itu dengan sistim kultur jaringan ditanam sebagai pohon tempatan nantinya akan membantu upaya pencegahan Karhutala tersebut," katanya.
Pohon jenis antara lain meranti bakau, dan jelutung ini, katanya lagi, untuk sepuluh tahun mendatang bisa dipanen oleh masyarakt setempat sekaligus mendukung peningkatan kesejahteraan mereka.
Pohon tersebut, katanya memiliki fungsi yang bersifat memiliki daya menaikkan air cuku tinggi dari 0,6 - 1,5 meter --karena pohon tersebut mengandung pembuluh kapilaritas-- bisa menghambat terjadinya kebakaran.
Proyek percontohan ini bagian dari hasil penelitian dan kajian yang bakal dimuat dalam naskah akademis tersebut, juga UNRI bersama pihak terkait dan turut melibatkan DPR RI, DPRD untuk membahas persoalan payung hukum bagi masyarakat dalam menebang dan mengangkut pohon tersebut ke luar hutan.
Berita Lainnya
Izin Tak Lengkap Menara Telekomunikasi Disegel Aparat
03 April 2017 15:30 WIB
Jokowi Jenguk Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi
15 March 2017 11:05 WIB
Pemko Batu Alokasikan Rp4,3 Miliar Untuk Bantu Ibu Hamil
07 February 2017 10:50 WIB
Liburan Imlek, Pantai Selatbaru di Bibir Selat Malaka Dipadati Pengunjung
29 January 2017 21:40 WIB
Jalani Pemeriksaan Di Imigrasi Pekanbaru, TKA Ilegal Mengaku Stres
18 January 2017 16:55 WIB
Pelajar Sekolah Di Inhil Banyak Yang "Ngelem"
13 January 2017 6:15 WIB
Sejumlah Produk Kosmetik Dan Makanan Kadaluarsa Disita Pihak Polres Bengkalis
16 December 2016 23:15 WIB