Seminar di Pekanbaru, Ketua PBNU Tegaskan Islam Agama Kemanusiaan

id seminar di, pekanbaru ketua, pbnu tegaskan, islam agama kemanusiaan

Seminar di Pekanbaru, Ketua PBNU Tegaskan Islam Agama Kemanusiaan

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama Prof Dr Said Aqil Siradj menegaskan bahwa Islam adalah agama kemanusian sesuai dengan artinya yakni ilmu, peradaban, intelektual, kemajuan, dan puncaknya adalah kemanusiaan itu sendiri.

"Islam bukan sekadar teologi, surga-neraka, ritual ibadah. Islam adalah ilmu, peradaban, intelektual, kemajuan, dan puncaknya merupakan agama kemanusiaan," katanya di Pekanbaru, Selasa.

Lebih lanjut dikatakannya, kemanusiaan adalah manusia itu sendiri dan dalam bahasa Arab manusia itu adalah insana, annas, annisa, dan insan yang berarti harmonis, intim, dan hangat.

Dengan demikian, jika Islam adalah agama kemanusiaan, maka Islam menuntun umatnya untuk hidup harmonis, intim dan hangat. Jadi, sebelum lahir dan memiliki agama, amanat untuk hidup seperti itu telah dititipkan Tuhan untuk dibawa manusia.

Hal tersebut dikatakannya saat menjadi pemateri Seminar Nasional bertema "Sinergitas Polisional dalam Upaya Pencegahan Radikalisme Menangkal dan Menanggulangi Bahaya Ideologi ISIS".

Selain dia, juga menjadi pemateri Prof Dr Nasaruddin Umar, Direktur Penindakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol Petrus Lendhard Golose, Direktur Ketahanan Seni, Budaya, Agama dan Kemasyarakatan kemendagri Budi Prasetyo, SH, MM Kementerian Dalam Negeri, dan pembicara kunci Kepala BNPT Jendral Purnawirawan Ansyad Mbay, sedangkan moderatornya adalah Aviani Malik.

Oleh karena itu, menurutnya, paham ISIS yang menonjolkan kekerasan dan memusuhi pihak yang berbeda dengannya sangat bertentangan dengan Islam. Padahal diceritakannya bahwa Nabi Besar Muhammad SAW pada saat hijrah ke Madinah hidup dengan perbedaan.

"Nabi hijrah ke tempat keturunan Nabi Nuh yang merupakan tempatnya pendatang. Muslim pendatang disebut Muhajirin dan pribumi disebut Anshor, serta tiga suku Bani Israil yang merupakan pelarian dari Gunung Sinai," ceritanya.

Pada tempat yang majemuk itu, Nabi penduduknya memiliki satu cita-cita dan misi membentuk satu kelompok umat. Bukan berdiri atas nama agama atau pun etnik, tapi tanah air Madinah yang memperlakukan penduduk secara adil.