BI: Eksportir Masih Untung Meski CPO Anjlok

id bi eksportir, masih untung, meski cpo anjlok

BI: Eksportir Masih Untung Meski CPO Anjlok

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Riau menyatakan eksportir minyak sawit mentah (CPO) terutama di Riau masih mendapatkan keuntungan, meski harga CPO internasional sedang anjlok akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi di Tiongkok dan India.

"Harga CPO di pasar internasional mulai turun sejak akhir tahun 2013, gara-gara Tiongkok dan negara India perekonomianya belum tumbuh seperti yang diharapkan," ujar Peneliti Ekonomi Madya BI Perwakilan Provinsi Riau Muhammad Abdul Majid Ikram di Pekanbaru, Rabu.

Seperti perekonomian di Tiongkok, lanjutnya, dulunya mencapai angka pertumbuhan sekitar 9 persen per tahun, tetapi sekarang melambat cuma 7 persen per tahun. Bahkan cenderung turun termasuk mengurangi konsumsi minyak goreng yang berbahan baku dari CPO Indonesia.

Kondisi tersebut telah menekan permintaan ekspor CPO dari Indonesia terutama Riau yang secara otomatis menekan harga pasar CPO di dunia internasional yang diperkirakan saat ini masih mencapai sekitar 700 dolar AS per metrik ton.

"Memang sekarang anjlok, namun bukan berarti si eksportir tidak untung. Bulan lalu kami bertemu dengan asosiasi dan mereka bilang kalau harga CPO sekitar 400 dolar AS per metrik ton diantaranya biaya produksi 330 dolar AS, berarti masih ada silisih harga yang cukup bagus," katanya.

Badan Pusat Statistik Provinsi Riau menyebut, nilai ekspor berdasarkan harga "free on board" pada bulan Juni 2014 mencapai 1,44 milyar dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 6,03 persen dibanding ekspor pada bulan Mei 2014 sebesar 1,54 milyar dolar AS.

Secara kumulatif nilai ekspor dari Riau pada bulan Januari sampai Juni 2014 sebesar 8,45 milyar dolar AS atau turun sebesar 1,89 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2013 sebesar 8,61 milyar dolar AS.

Majid mengatakan, pihaknya sangat mengkhawatirkan jika harga CPO di pasar internasional terus turun mendekati 400 dolar AS per metrik ton.

"Kalau sudah begitu, bisa saja si pengusaha menurunkan biaya produksi dan menurunkan harga bahan baku yang diambil dari para petani kelapa sawit," ucapnya.

Berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Riau sampai dengan April 2014 menyebutkan, luas areal lahan untuk perkebunan kelapa sawit di daerah tersebut berjumlah sekitar 2.372.401 hektare.

Luas tersebut terdiri dari kebun kelapa sawit milik rakyat di Riau seluas 1.315.230 hektare atau 55,4 persen, kemudian milik swasta 977.625 hektare atau 41,2 persen dan miliki pemerintah 79.546 hektare atau 3,4 persen.