Pekanbaru, (Antarariau.com) - Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Riau menyatakan secara umum para petani kelapa sawit di Riau belum terpengaruh dengan anjloknya harga jual minyak sawit mentah (CPO) di pasar internasional yang terjadi sejak akhir tahun 2013.
"Jika ada daerah yang mengalami penurunan harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit, hal itu hanya bersifat kasuistik saja. Artinya tidak semua daerah di Riau mengalaminya," kata Peneliti Ekonomi Madya BI Perwakilan Provinsi Riau Muhammad Abdul Majid Ikram di Pekanbaru, Kamis.
Menurut, para pengusaha sektor pengolahan kelapa sawit khususnya menjadi CPO berada di provinsi tersebut, masih mendapatkan margin sebelum minyak sawit mentah dijual kepada ekspotir atau diekspor pasar internasional.
Saat ini harga jual CPO di pasar internasional masih sekitar 700 dolar AS per metrik ton atau masih cukup bagus bagi ekportir dan pengusaha yang mengolah bahan baku kelapa sawit menjadi minyak sawit mentah dengan biaya produksi di dalam negeri sekitar 330 dolar AS per metrik ton.
"Jadi pada saat harga internasional turun, mungkin si pengusaha atau ekspotir belum terlalu menekan harga di tingkat petani kelapa sawit. Tapi mereka ingin mempertahankan keuntungan yang didapat dengan mengurangi produksi CPO," katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan, pengusaha baru mulai menurunkan keuntungan sedikit dengan melakukan penurunan harga pembelian di tingkat petani kelapa sawit, karena mereka harus menjaga petani kelapa sawit agar jangan sampai menderita kerugian yang jauh lebih besar.
"Namun, yang kita takutkan adalah kalau harga CPO terus turun mendekati 400 dolar AS per metrik ton. Kalau sudah begitu, bisa saja nanti pengusaha turunkan biaya produksi dan sekaligus menurunkan harga bahan baku yang diambil dari petani sawit," ucap Majid.
Pada pekan lalu harga TBS sawit di beberapa kecamatan yang berada di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, sempat anjlok yang menyentuh harga Rp600 per kilogram, sehingga membuat para petani kelapa sawit enggan untuk memanen hasil kebunnya tersebut.
Arifin (35), salah seorang petani sawit di daerah Parit Bepak, Rokan Hilir mengaku walaupun harga TBS sawit murah, mereka mau tidak mau terpaksa memanen hasil kebunnya itu karena mereka menggantungkan hidup dari hasil kebun kelapa sawit.
"Rendah dan tingginya harga sawit, memang hal yang sudah biasa dan kami alami sehari-hari. Namun sepanjang tahun 2014, baru inilah untuk pertama kalinya harga sawit anjlok sampai Rp600 per kilogram," katanya.
Berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Riau hingga April 2014, luas areal perkebunan kelapa sawit sekitar 2.372.401 hektare.
Luas tersebut terdiri dari kebun kelapa sawit milik rakyat di Riau seluas 1.315.230 hektare atau 55,4 persen, kemudian milik swasta 977.625 hektare atau 41,2 persen dan miliki pemerintah 79.546 hektare atau 3,4 persen.
Berita Lainnya
Bakar lahan untuk tanam sawit, petani di Rohil dibui
28 February 2024 14:30 WIB
Petani sawit Kalbar adopsi pola kemitraan petani dan PTPN IV Regional 3 Riau
26 February 2024 10:54 WIB
Aspekpir apresiasi PTPN IV PalmCo akselerasi PSR petani sawit
06 February 2024 10:15 WIB
Sepanjang 2023, 1.135,6 ha sawit petani Riau ikut serta PSR PTPN IV PalmCo Regional 3
05 February 2024 12:11 WIB
Kelompok petani sawit di Inhu buka gerai oleh-oleh dan kerajinan
14 December 2023 14:56 WIB
Puluhan petani Riau belajar pengelolaan kebun sawit di lahan gambut
21 November 2023 14:08 WIB
Petani sawit mandiri minim manfaatkan biomassa sawit untuk pupuk
14 November 2023 14:12 WIB
Kemitraan menjadi kunci melambungnya kesejahteraan petani sawit di Pelalawan
14 November 2023 13:46 WIB