UKM Pekanbaru Khawatir Dampak Kenaikan Tarif Beruntun

id ukm, pekanbaru khawatir, dampak kenaikan, tarif beruntun

 UKM Pekanbaru Khawatir Dampak Kenaikan Tarif Beruntun

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Sejumlah usaha kecil dan menengah (UKM) di Kota Pekanbaru, Riau, meminta pemerintah memperhitungkan dengan seksama rencana kenaikan berbagai tarif agar tidak dilaksanakan dalam waktu yang berdekatan, karena akan menimbulkan efek beruntun yang merugikan dunia usaha.

"Semoga saja pemerintah tidak menaikkan tarif listrik dan BBM bersubsidi dalam waktu yang berdekatan. Berikan jeda bernafas untuk menyesuaikan diri karena dampak buruknya nanti bisa parah buat kami," kata Arni, pemilik pabrik mie "Tenaga Muda" kepada Antara di Pekanbaru, Selasa.

Ia mengatakan Tenaga Muda adalah pabrik mie tertua di Pekanbaru yang berdiri sejak 1970 dan kini memproduksi dua ton mie basah per hari untuk memasok kebutuhan di Riau. Menurut dia, usaha rumah tangga skala menengahnya itu terus berkembang dan 80 persen mengandalkan mesin bertenaga listrik.

Kebijakan PLN menaikan tarif secara bertahap diakuinya mulai terasa karena biaya produksinya mengalami kenaikan dari penggunaan daya 22.000 watt untuk usahanya. "Tagihan listrik dari biasanya Rp4 juta sekarang bisa kena Rp7 juta per bulan. Melonjaknya cukup jauh. Tapi kami masih bisa bertahan dan tidak menaikan harga," katanya.

Menurut dia, perusahaanya menyiasati beban produksi dengan mencampur tepung terigu kualitas nomor satu dengan tepung kualitas di bawahnya. Namun, ia khawatir apabila pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla benar-benar menaikan harga BBM bersubsidi pada tahun pertama pemerintahan, maka hal itu akan sangat berdampak ke harga dan menurunkan daya beli konsumen.

"Kalau harga BBM benar-benar naik, bisa dipastikan biaya bahan baku terigu dan ongkos transportasi mengantar produk akan ikut naik. Kita tidak akan bisa mempertahankan harga seperti sekarang," ujarnya.

Ia memperkirakan apabila kebijakan kenaikan BBM diterapkan, maka harga mie buatannya akan naik dari Rp7.000 ke Rp8.000 per kilogramnya. Meski harga hanya naik 10-15 persen, namun ia menjamin pembelian akan turun drastis.

"Untuk bisnis bahan makanan yang termasuk bahan pokok, harga naik Rp1.000 perak saja pembeli langsung protes dan pergi karenanya kami sangat hati-hati menjaga pembeli," katanya.

Ori, pemilik usaha "Bubble Fresh Laundry" di Pekanbaru mengatakan, bisnisnya cuci pakaiannya sudah terkena dampak kenaikan tarif elpiji 12 kilogram dan tarif listrik yang terjadi beruntun. Ia juga berharap kenaikan BBM subsidi tidak dilakukan pada tahun pertama pemerintahan Presiden RI terpilih karena berefek buruk untuk bisnisnya.

"Saya sudah memperhitungkan ada kenaikan listrik dan sebagainya jadi setelah Lebaran harga ke konsumen sudah naik duluan sekitar 30 persen. Tapi itu tidak akan cukup apabila harga BBM naik dalam waktu dekat ini, dan sulit untuk menaikan harga dua kali dalam setahun untuk bisnis jasa, bisa lari pelanggan saya," katanya.

Ia menilai kenaikan tarif listrik PLN yang direncanakan akan terus dilakukan secara berkala, sangat tidak sebanding dengan peningkatan pelayanan ke pelanggan. "Listrik terus naik tapi pemadaman bergilir masih saja terjadi. Itu sama saja tidak manusiawi," keluh Ori.