Jakarta (Antarariau.com) - Penelitian terbaru menyatakan bahwa waktu tidur optimal akan menurunkan risiko absen dari pekerjaan karena sakit, demikian hasil penelitian bersama National Healthy Sleep Awareness Project.
Risiko sakit berkepanjangan meningkat tajam pada mereka yang dilaporkan memiliki waktu tidur kurang dari 6 jam atau lebih dari 9 jam setiap malam. Demikian studi yang dipublikasikan jurnal Sleep.
Analisis lebih lanjut menemukan, durasi tidur yang optimal adalah antara 7 dan 8 jam setiap malam (7 jam 38 menit untuk perempuan dan 7 jam 46 menit untuk laki-laki).
Menurut hasil ini, insomnia dan gejala terkait, terbangun dini hari, merasa lebih lelah daripada yang lain serta konsumsi obat tidur, secara konsisten juga berhubungan dengan peningkatan yang signifikan hilangnya waktu kerja karena sakit.
"Durasi tidur yang optimal harus dipromosikan, seperti tidur terlalu lama atau terlalu sebentar mengindikasikan masalah kesehatan, " ujar peneliti dari Finnish Institute of Occupational Health, Tea Lallukka, PhD.
"Mereka yang tidur lima jam atau kurang, atau 10 jam atau lebih, tidak masuk kerja setiap tahun selama 4,6-8,9 hari, dibandingkan mereka yang waktu tidurnya optimal," katanya seperti dilansir laman American Academy of Sleep Medicine.
Mengomentari temuan ini, presiden American Academy of Sleep Medicine, Dr Timothy Morgenthaler, mengatakan, kurangnya waktu tidur berkontribusi pada beberapa epidemi kesehatan masyarakat saat ini seperti, penyakit kardiovaskular, diabetes dan obesitas.
",... setidaknya tujuh jam tidur di malam hari merupakan kunci untuk kesehatan secara keseluruhan, yang berarti berkurangnya waktu mengalami sakit," katanya yang juga merupakan juru bicara salah satu proyek tidur sehat.
Untuk sampai pada temuan tersebut, para peneliti
melakukan surveu nasional yang melibatkan 3.760 orang laki-laki dan perempuan berusia 30--64 tahun di Finlandia. Mereka ini bekerja setiap saat pada tahun sebelum survei dilakukan.
Untuk mengetahui karakteristik tidur para partisipan ini, peneliti menggunakan kuesioner dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter.
Para peneliti juga mengumpulkan data soal absensi kerja para partisipan dari Lembaga Asuransi Sosial Finlandia. Mereka mengikuti data ini selama tujuh tahun.
"Gejala Insomnia harus dideteksi dini untuk membantu mencegah penyakit dan penurunan kesehatan. Suksesnya pencegahan insomnia tidak hanya meningkatkan kesehatan dan kemampuan bekerja para karyawan, tetapi juga dapat menghemat biaya karena adanya penyakit," kata Lallukka.
Berita Lainnya
Penyakit migrain berhubungan dengan risiko lebih tinggi kena sakit jantung
23 September 2023 13:38 WIB
Mutasi Genetik Hilangkan Risiko Sakit Jantung Beruang Kutub
09 May 2014 14:46 WIB
Izin Tak Lengkap Menara Telekomunikasi Disegel Aparat
03 April 2017 15:30 WIB
Jokowi Jenguk Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hasyim Muzadi
15 March 2017 11:05 WIB
Pemko Batu Alokasikan Rp4,3 Miliar Untuk Bantu Ibu Hamil
07 February 2017 10:50 WIB
Liburan Imlek, Pantai Selatbaru di Bibir Selat Malaka Dipadati Pengunjung
29 January 2017 21:40 WIB
Jalani Pemeriksaan Di Imigrasi Pekanbaru, TKA Ilegal Mengaku Stres
18 January 2017 16:55 WIB