Ketika Teknologi Menjadi Ancaman Masa Depan Anak

id ketika teknologi, menjadi ancaman, masa depan anak

Ketika Teknologi Menjadi Ancaman Masa Depan Anak

Banyak cara menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang kepada buah hati, namun sedikit orang tua yang mengetahui bahaya dari kasih sayang berlebihan.

"Maka buang semua ragam bentuk mainan anak yang mungkin anda (orang tua) anggap menyenangkan bagi dia, namun sebenarnya itu malah akan menyesatkan," demikian Pakar Stimulasi Anak, Irene F Mongkar.

Irene mengatakan itu dalam seminar umum diacara "Prenagen Educational Journey" oleh Kalbe Nutritionals di Pekanbaru, Riau, Minggu (14/9). Ketika itu, lebih dari 500 ibu hamil dan menyusui memadati ruangan seluas dua kali lapangan badminton dalam sebuah hotel tempat di selenggarakannya kegiatan tersebut.

"Acara ini adalah edukasi untuk para calon orang tua terkait masa depan anak," kata Divisi Marketing Prenagen Kalbe Nutritionals, Tiffany P. Suwandi kepada Antara.

Program acara ini sebelumnya telah dilaksanakan di beberapa kota besar dan terakhir di Medan, Sumatera Utara serta baru kemudian diadakan di Pekanbaru sebagai kota tujuan ke tujuh.

Prenagen adalah produk susu khusus bagi para calon orang tua, mulai dari ibu hamil hingga menyusui. Acara ini adalah mengulang kesuksesan yang diraih pada tahun 2011- 2013 dengan kembali mengadakan acara terbesar "Prenagen Pregnancy Educational Journey" yang diperuntukan bagi para calon orang tua di berbagai kota di Indonesia.

Ia mengatakan, dalam acara ini ada banyak aktivitas yang bisa diikuti oleh para calon orang tua seperti Interactive Talkshow dengan tema "Periode Emas Siapkan Anak ke Masa Depan" bersama dr Boy Abidin, SpOG dan Irene F. Mongkar selaku Pakar Stimulasi Anak

Kemudian, lanjut kata dia, juga ada acara senam Prenagen Belly Dance yang bermanfaat untuk memperlancar proses kelahiran. Selanjutnya ada kegiatan konsultasi kehamilan dan menyusui bersama pakar kesehatan.

"Selain sejumlah aktivitas tersebut, ada juga kegiatan Prenagen Store, Prenagen digital information corner, foto booth dan masih banyak aktivitas menarik lainnya," kata dia.

Ia mengatakan, kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kampanye Prenagen sebagai "The Caring Expert in every motherhood journey" di tahun 2014.

Prenagen sebagai "ahlinya" nutrisi kehamilan dan menyusui kata dia ingin selalu menjadi "sahabat terbaik" bagi kalangan ibu hami dan menyusui, menemani para calon orang tua dalam menjalankan perannya, dan memberikan edukasi secara berkelanjutan.

Wajah kaum ibu ketika mengikuti acara itu tampak begitu ceria, sebagian kerap mengelus perut buncitnya, dan sebagian lagi selalu membelai para balita mungil anak-anak mereka. "Itu wujud dari cinta yang benar," kata Irene F Mongkar.

Menurut pakar, rasa cinta dan kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya merupakan suatu yang sangat lumrah, dan itu dirasakan semua manusia normal, khususnya kaum ibu.

Pada dasarnya, kata dia, orang tua mengetahui akan pentingnya hubungan dan kedekatan antara anak-anak dengan mereka. Banyak penelitian menunjukkan bahwa, pada dasarnya sebagian besar orang tua menyatakan menghabiskan waktu dan demi kedekatan dengan anak bisa menjadi hal yang lebih penting di banding hal lainnya.

Pada intinya, kata dia, antara orang tua dan anak saling membutuhkan rasa cinta dan kasih sayang, dan hal itu tidak dapat dipungkiri.

"Banyak orang tua dan anak merasakan bila rasa cinta dan kasih sayang tidak di dapat dari satu sama lainnya, maka keharmonisan keluarga serasa tidak lengkap," katanya.

Jangan disalahkan perasaan tersebut, hanya saja, terkadang rasa itu harus dikontrol sehingga tidak malah menjerumuskan masa depan anak dan mendatangkan penyesalan bagi orang tua dikemudian hari

Di zaman modern saat ini, demikian Irene, tidak sedikit orang tua yang selalu dibutakan oleh perkembangan teknologi. Semuanya memudahkan, namun tanpa disadari, itu tidak baik bagi pertumbuhan anak khususnya balita.

"Sudah jarang orang tua menggendong sambil memeluk anaknya karena sudah ada "stroller" (kereta dorong bayi). Bahkan saat ini, sudah banyak balita yang begitu asiknya dengan gadget dan android yang diberikan orangtua mereka," kata dia.

Secara tidak sadar, menurut dia semua pemberian orang tua yang diawali rasa kasih sayang itu adalah sesuatu yang merugikan masa pertumbuhan anak. Cara tradisional, menggendong sambil memeluk adalah cara yang lebih baik dibandingkan menempatkannya di dalam kereta dorong.

Pelukan orang tua kepada anak menurut pakar dapat menimbulkan ikatan batin dan kasih sayang yang kuat antara anak dan orang tua.

Mendapat pelukan, kata dia, berarti mendapat dukungan, dan bagi yang memeluknya berarti akan menimbulkan rasa percaya diri. Kehadiran hormon endomorfin yang muncul saat berpelukan katanya juga dapat mengurangi ketegangan saraf dan serta tekanan darah.

Bahkan penelitian di University of Italy menunjukkan data, bahwa anak yang sering mendapat pelukan dari orang tuanya akan lebih efektif sembuh dari depresi, dan akan timbul rasa percaya dirinya untuk menyelesaikan berbagai permasalahan.

Bahkan pelukan saat inisiasi dini, sesaat bayi terlahir ke dunia, akan mentransfer sejenis mikroorganisme yang membuat daya tahan tubuh bayi akan semakin kuat.

Dan ketika pelukan dengan rasa sayang ini di teruskan hingga masa kanak-kanak dapat menjadikan pribadi anak yang tidak gampang stress (Penelitian Journal of Epidemiology and Community Health).

Irene F Mongkar menganjurkan para orang tua agar jangan percaya pada mitos yang mengatakan bahwa anak yang sering mendapat pelukan akan menjadi cengeng, bahkan sebaliknya, secara psikologi, anak yang sering mendapat belaian, sentuhan dan pelukan kasih sayang dari orang tuanya akan tumbuh menjadi anak yang penyayang, pertumbuhannya sehat, akan merasa nyaman dan memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.

"Hubungan emosional antara orang tua dengan bayinya akan lebih baik dengan cara itu," katanya.

Bentuk kasih sayang orang tua terhadap anak yang salah lainnya adalah membebaskan atau bahkan memberikan anak bermain dan menghabiskan waktu untuk teknologi seperti gadget dan android.

Irene menganjurkan, agar para orang tua menjauhkan anak khususnya balita dari teknologi itu.

Menurut dia, cara yang baik untuk melatih perkembangan anak adalah dengan berkomunikasi langsung. Pemberian teknologi seperti itu malah akan menjauhkan hubungan emosional anak dengan orang tuanya.

Para pakar kesehatan anak sepakat bahwa stimulasi merupakan cara efektif dalam merangsang kecerdasan anak. Hal itu menurut dia karena otak manusia terdiri dari jutaan saraf.

Stimulasi yang tepat diberikan agar terjadi hubungan (network) antara satu saraf dengan saraf lainnya, sehingga otaknya akan lebih mudah menerima dan menyimpan pesan dari luar saat ia memasuki usia sekolah.

"Jika anak sejak dilahirkan hingga memasuki umur tiga tahun atau bahkan lima tahun disuguhkan mainan dan teknologi, itu justru akan menghambat pertumbuhan saraf," katanya.



Periode Emas


Dr Boy Abidin, SpOG menyatakan, dalam proses tumbuh dan berkembangnya sang buah hati, telah dimulai sejak bertemunya sel telur dan sel sperma, hingga kemudian berkembang menjadi embrio dan jadilah janin di dalam rahim calon ibu.

"Saat itulah telah dimulai pertumbuhan sel-sel otak sang janin," kata dr Boy saat menjadi pembicara diacara "Prenagen Educational Journey" di Pekanbaru, Riau.

Menurut dia, perkembangan itu akan mencapai masa optimalnya pada usia seribu hari atau sekitar dua tahun. Masa itu yang dikenal dengan Periode Emas.

"Jika harus diminta untuk memilih, emas atau periode emas, banyak kaum ibu yang tentunya akan lebih memilih periode emas sang buah hati. Karena itu tidak akan pernah terulang," katanya.

Menurut dr Boy, Periode Emas merupakan saat-saat penting yang harus dijaga, karena itu adalah kesempatan sekali seumur hidup bagi otak anak untuk berkembang sesuai dengan potensinya.

Menurut dia lagi, pada periode emas ini pertumbuhan sel-sel otak sangat memerlukan unsur gizi yang cukup dan berkualitas, stimulasi yang optimal, dan eliminasi faktor-faktor lingkungan yang dapat mengganggu optimalnya tumbuh kembang anak.

"Pada periode ini, adalah kesempatan bagi orang tua untuk mengajarkan anak tentang kehidupan, meskipun sifatnya masih terbatas. Kesempatan juga bagi orang tua untuk memberikan nutrisi yang cukup bagi anak di masa ini," kata dia.

Dr Boy sepakat dengan para pakar stimulasi, bahwa sedapat mungkin hindari anak dengan berbagai permainan yang dapat merenggangkan emosional antara dia dan orang tuanya.

"Terlebih teknologi yang saat ini seperti gadget dan android. Jika itu menjadi permainan anak, maka perkembangan otak dapat menjadi buruk terlebih banyaknya akses internet yang menghubungkan pengguna dengan situs terlarang seperti porno grafi dan bahkan video dewasa," katanya.

Untuk diketahui, demikian dr Boy, situs atau video porno jika terlihat oleh anak terlebih pada periode emas, maka itu akan mempengaruhi pertumbuhan mereka hingga dewasa atau bahkan seumur hidup.

"Jika sampai yang demikian, maka itu akan menjadi penyesalan bagi orang tua yang salah dalam meluapakan kasih sayanganya kepada anak. Ingat, periode emas anak hanya terjadi sekali seumur hidup," katanya.