Pekanbaru, (Antarariau.com) - Seorang legislator Riau menyatakan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menyatakan peduli terhadap lingkungan, tiarap saat terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di provinsi tersebut dalam 17 tahun terakhir.
"Mereka mengaku peduli lingkungan, tetapi LSM baik lokal maupun asing untuk Riau belum ada aksi nyata. Khususnya aksi nyata dalam mengatasi karhutla di Riau juga tidak ada selama ini," ujar Ketua DPRD Riau Suparman di Pekanbaru, Senin.
Padahal, lanjutnya, di provinsi tersebut banyak sekali LSM yang mengaku fokus terhadap lingkungan seperti Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Riau, Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari), World Wildlife Fund Riau, Greenpeace Riau dan sejumlah organisasi nonpemerintah (NGO) lain.
Dia mencontohkan, NGO asing seperti Greenpeace yang mulai dikenal sejak tahun 2005 telah sering datang ke Riau dan pihaknya selalu melihat pesan yang dibawa LSM tersebut terutama demi kepentingan lingkungan hidup.
Seperti pada pekan lalu atau Senin (15/9), Greenpeace berkabung dengan menempatkan sebuah papan karangan bunga di lahan gambut terbakar atau di hamparan gambut berwarna hitam di Desa Tanjung Leban, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau.
LSM asing tersebut menyoroti krisis yang sedang terjadi sampai meminta kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengamankan warisan hijau dengan memastikan perlindungan nyata terhadap lahan gambut.
"Nah, kita belum tahu apa maksud Greenpeace itu?. Atau hanya sekedar pasang papan karangan bunga, di saat Riau ditimpa musibah. Lantas mereka datang dengan maksud prihatin, tetapi maksudnya itu bisa jadi jelek," katanya.
Lebih lanjut dia mengaku khawatir kedatangan Greenpeace ke Riau lebih mewakili lembaga dari luar negeri atau pihak lain di dunia internasional khususnya dengan membawa pesan-pesan sponsor.
"Wajar kita khawatir karena terjadinya persaingan produk-produk di Riau khususnya pulp dan kertas. Dari persaingan itu, telah mengakibatkan adanya permainan-permainan kotor yang dibawa oleh lembaga tertentu dari luar ke dalam negeri khususnya di Riau," ucap Suparman.
Karhutla di Riau terakhir kali terjadi awal tahun 2014 dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat telah menghanguskan 21.914 hektare, sekitar 58.000 orang terserang penyakit ISPA, sekolah diliburkan dan enam juta jiwa penduduk provinsi tersebut terpapar asap.
"Belum ada NGO atau LSM yang mendaftar," kata Komandan Pasukan Udara Satgas Tanggap Darurat Asap, Kolonel Pnb Andywan waktu itu.
Dia mengatakan, sejauh ini bantuan untuk tenaga pemadaman dari udara datang dari dua perusahaan swasta yakni PT Riau Andalan Pulp and Paper dan Sinar Mas Group PT Arara Abadi. Keduanya membantu empat helikopter untuk bom air dan angkutan logistik.
Komandan Satgas Tanggap Darurat Asap Brigjen TNI Teguh Rahardjo sempat mengatakan, bahwa pihaknya sebenarnya membuka pintu bagi semua pihak untuk ikut membantu proses pemadaman kebakaran.
"Caranya gampang kok, tinggal melapor saja bisa ke Satgas langsung di Pekabaru, atau bisa ke Kodim di daerah," katanya.
Berita Lainnya
RTRW Belum Disetujui, Legislator Minta MenLHK Saring Saran LSM Asing
09 November 2017 14:45 WIB
Legislator Heran Pemerintah Istimewakan LSM Asing
26 January 2015 20:17 WIB
Legislator Soroti Akrabnya Menteri Kehutanan Dengan LSM
20 December 2014 22:09 WIB
Riau nihil karhutla saat libur Idul Fitri
14 April 2024 5:37 WIB
Mesin ISPU di Pekanbaru tak berfungsi di saat warga membutuhkan
11 October 2023 18:11 WIB
Pro kontra belajar daring saat bencana kabut asap di Pekanbaru
10 October 2023 8:40 WIB
Warga Pekanbaru mulai terserang ISPA saat kabut asap melanda
02 October 2023 17:58 WIB
Seorang pilot pengebom air tewas saat padamkan karhutla
16 July 2022 9:35 WIB