BI Dorong Pertanian Hidroponik Organik Di Pekanbaru

id bi dorong, pertanian hidroponik, organik di pekanbaru

BI Dorong Pertanian Hidroponik Organik Di Pekanbaru

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Riau mendorong penggunaan teknologi pertanian hidroponik organik di Kota Pekanbaru.

Hal itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) antara Kepala BI Perwakilan Riau Mahdi Muhammad dan Wakil Wali Kota Pekanbaru Ayat Cahyadi, di Pekanbaru, Senin. Turut hadir dalam penandatanganan MoU itu Kepala Kantor BI Wilayah VIII Mahdi Mahmudy.

"BI mencoba menghidupkan model pertanian hidroponik organik yang cocok untuk perkotaan," katanya.

Dalam kerjasama tersebut, ia mengatakan BI memfasilitasi untuk melatih ibu-ibu rumah tangga dari 58 kelurahan di Kota Pekanbaru untuk mengembangkan pertanian hidroponik di rumah. Selain itu, ia juga mengatakan BI mendorong agar pemerintah daerah memperbanyak tanaman seperti zaitun dan kurma, untuk menggantikan palem dan akasia yang tidak bisa berbuah serta kurang bermanfaat.

"Ternyata untuk solusi pangan banyak teknologinya, tak mahal dan tak susah. Hanya perlu disiplin waktu dan tenaga. Semoga ini bisa jadi inspirasi bagi kita semua," ujarnya.

Menurut dia, survey sebuah lembaga di Jawa menunjukan 75 persen petani kini berusia di atas 50 tahun. Artinya, perlu ada dorongan bagi generasi muda untuk segera menggantikan petani yang mulai uzur agar Indonesia tidak kesulitan komoditas pertanian di masa mendatang.

Wakil Wali Kota Pekanbaru, Ayat Cahyadi, mengatakan pemerintah daerah akan mengupayakan agar program pertanian hidroponik organi masuk dalam program ketahanan pangan pada APBD Pekanbaru tahun depan. Ia mengakui, hingga kini Pekanbaru masih sangat bergantung pada pasokan komoditas sayuran dan pangan dari luar daerah.

Selain itu, jumlah petani dan lahan pertanian di Pekanbaru relatif kecil karena makin banyaknya lahan menjadi permukiman penduduk.

"Saya berharap ibu-ibu yang mengikut pelatihan menyerap ilmu sebaik-baiknya. Jadi kalau harga cabai naik sampai Rp100 ribu per kilogram, ibu-ibu tak perlu cemas karena tinggal petik di halaman," katanya.

Ayat juga berharap agar peserta pelatihan bisa "menularkan" ilmu yang sudah diperoleh ke warga lainnya untuk pengembangan pertanian hidroponik organik di Pekanbaru.

"Ibu-ibu ini kalau sukses, maka mereka bisa jadi duta pertanian hidroponik organik di Pekanbaru," katanya.

Kepala Kantor BI Wilayah VIII, Mahdi Mahmudy, menambahkan pertanian hidroponik merupakan solusi ketahanan pangan di kawasan perkotaan yang makin sulit mencari lahan untuk bercocok tanam. Ia menilai kerjasama BI dengan pemerinah daerah ini sangat penting karena bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

"BI menganggap penting hal ini karena harga pangan bisa mempengaruhi kesejahteraan masyarakat dan tingkat inflasi ketika harga komoditas bisa berfluktuasi yang merugikan masyarakat dengan pendapatan tetap," ujarnya.