Petani Bengkalis Keluhkan Harga Karet Anjlok

id petani bengkalis, keluhkan harga, karet anjlok

Petani Bengkalis Keluhkan Harga Karet Anjlok

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Petani Kabupaten Bengkalis mengeluhkan harga karet yang turun drastis dalam beberapa bulan terakhir, dimana saat ini harga karet sekitar Rp4.500/Kg dari harga normal yang biasanya mencapai sekitar Rp20.000/Kg.

"Harga karet tahun ini tidak pernah lebih dari Rp10.000/Kg, bahkan sudah beberapa bulan terakhir harga karet hanya berkisar lima ribu rupiah," kata salah seorang petani karet, Wahidun (25) ketika dikonfirmasi melalui sambungan telpon kepada Antara dari Pekanbaru, Senin.

Dia mengatakan menjadi petani karet merupakan salah satu mata pencaharian utama bagi warga Bengkalis. Oleh karena itu, ketika harga turun, petani karet kewalahan apalagi harga kebutuhan pokok juga terus naik.

"Sumber utama bagi saya adalah menjadi petani karet, namun ketika harga karet hanya lima ribuan seperti ini, apa yang bisa didapat, sedangkan harga kebutuhan pokok juga terus naik," ujarnya.

Hal senada juga dikatakakan oleh petani karet lainnya, Sri (32), ia mengatakan bahwa harga karet saat ini membuat dirinya tidak bisa berbuat banyak. Ia harus mencari sumber penghasilan lain dengan cara menjadi buruh cuci rumah tangga guna mencukupi kebutuhan sehari hari.

"Sudah dari awal tahun harga karet tidak membaik, saya harus mencari alternatif lain untuk mencukupi kebutuhan sehari hari," kata Sri.

Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Zulher mengatakan bahwa harga karet alam saat ini dipengaruhi oleh negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat, Republik Rakyat Tiongkok dan beberapa negara di Eropa.

"Permintaan karet alam saat ini sedang turun akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut sedangkan produksi tetap karet alam Indonesia tetap banyak, sehingga harga karet menjadi turun," katanya.

Oleh sebab itu, saat ini kita mendorong kepada pemerintah baru untuk mendorong membuat regulasi tentang hilirisasi karet, dan tidak hanya mengekspor produk mentah atau setengah jadi.

"Kita dorong agar pemerintah membuat atuan tentang hilirisasi, sehingga kita tidak hanya mengeskpor produk mentah, tetapi produk jadi yang mempunyai nilai tambah," ujarnya.