Ini Tiga Fakta Jadi Acuan Pengembangan Maritim

id ini tiga, fakta jadi, acuan pengembangan maritim

Ini Tiga Fakta Jadi Acuan Pengembangan Maritim

Jakarta, (Antarariau.com) -Setidaknya ada tiga fakta yang patut menjadi acuan penting dan menjadi peluang besar dalam upaya pengembangan maritim.

Hal itu disampaikan Direktur Archipelago Solidarity Foundation Engelina Pattiasina dalam diskusi "Kemandirian Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia" di Jakarta, Kamis.

Diskusi ini menghadirkan sejumlah ahli kelautan, antara lain, Prof Dr Victor Nikijuluw Msc (pakar kelautan, dekan Fakultas Ekonomi Ukrida Jakarta), Prof Dr Semmy Khouw Msc. (pakar kelautan Universitas Pattimura Maluku), Dr Augy Sahilatua, Msc (ahli kelautan/Direktur LIPI Ambon).

Pertama, kata Engelina, keberadaan sebagai negara kepulauan menjadikan Indonesia sebagai surga keaneragaman atau biodersity terbesar dunia. Dalam kaitan ini, Indonesia patut berbangga karena merupakan. Negara kepulauAn terbesar dengan 17.504 pulau.

Kedua, sebagian besar wilayah Indonesia merupakan lautan dan mengandung posisi strategis, baik aspek pertahanan, keamanan, politik, ekonomi, soaial, budaya dan lingkungan. Selain itu, Indonesia berada di persimpangan dunia, di antara dunia benua dan dua samudra.

"Letak strategis ini menjadikan Indonesia penting bagi negara mana pun yang hendak membangun hubungan internasional dan regional," katanya.

Ketiga, Indonesia bukan hanya diapit dua samudra dan dua benua, tetapi juga berbatasan dengan 10 negara. Hal ini, berarti ada 10 negara yang mengelilingi Indonesia, mulai dari Malaysia, Singapura, India, Thailand, Vietnam, Filipina, Palau, Papua Nugini, Timor Leste dan Australia.

Kenyataaan seperti ini, kata dia, sudah tepat Pemerintahan Jokowi-JK Mengusung gagasan menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim.

"Tapi sejauh ini belum kelihatan seperti apa konsep Poros Maritim dunia yang diinginkan," kata mantan anggota Fraksi PDIP DPR RI ini.

Jika hendak menjadi menjadi pemain utama maritim, maka tiada jalan lain kecuali mencari alternatif lain selain Jalur Sutra.

Selama ini, kata dia, ada tawaran menarik untuk menjadikan Jalur Rempah Maritim sebagai acuan dalam membangun Poros Maritim. Jalur ini terbulkti pernah digunakan untuk mengontrol ekonomi dunia.

"Tentu, saat ini, tidak lagi relevan untuk sekadar berdagang sutra, tetapi jalur rempah akan memadukan Indonesia untuk mencapai negara lain yang memiliki hubungan perdagangan secara historis," katanya. (*)