Pekanbaru, (Antarariau.com) - Seorang peneliti gambut Universitas Riau menyebut eko-hidro merupakan teknologi tata kelola air tetap mempertahankan fungsi lingkungan, sosial dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang paling termuktahir digunakan Hutan Tanaman Industri (HTI) di lahan gambut.
"Eko-hidro merupakan teknologi dari hasil berbagai modifikasi yang kemudian saya kira ini yang paling baik saat ini, karena prisipnya menjaga tata kelola air di lahan gambut," ucap Kepala Pusat Penelitian Gambut Tropis Universitas Riau, Wawan di Pekanbaru, Riau, Senin.
Dia berharap, pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla untuk tidak berpikir yang lain lagi mengenai teknologi eko-hidro, melainkan fokus kerja sesuai yang didengungkan saat pelantikan Kabinet Kerja dan melakukan pengawasan terhadap perusahaan untuk selalu melakukan kontrol permukaan air di lahan gambut.
Pada 2007, proyek teknologi eko-hidro diperkenalkan dan mendapat pujian pakar internasional karena proyek ini memiliki sasaran meningkatkan pemahaman hidrologi, ekologi dan parameter di lahan gambut, sebagai bentuk tanggung jawab kepada alam.
Proyek tersebut diinisiasi selama tiga tahun bekerja sama dengan para ahli seperti Inggris, Belanda dan Finlandia. Hasil kajian ilmiah, kemudian dijadikan sebagai landasan pelestarian hutan di dataran rendah wilayah pengembangan HTI dengan tetap mempertahankan fungsi hidrologi, mengurangi emisi CO2 lahan gambut dan menjaga produktivitas jangka panjang HTI.
"Jadi kalau misalnya muka air tanahnya turun, kemudian dia (teknologi eko-hidro) tutup, maka (secara) otomatis menaikan si tutupnya supaya air menjadi naik. Itu dia cara kerja tenologi eko-hidroini," ucapnya, menjelaskan.
Teknologi ini, katanya melanjutkan, sudah tidak diragukan lagi, asal benar-benar bisa dilaksanakan dilapangan karena air itu tidak seperti yang diinginkan pihak perusahaan HTI seperti adanya peristiwa alam contoh hujan dan musim kemarau.
"Musim kemarau, air yang berada di puncak kubah gambut itu kan harus dijaga atau jangan sampai "nglontor" terus. Nah menjelang musim kemarau, inilah waktu tepat teknologi ini digunakan. Intinya mengontrol tinggi muka air di lahan gambut agar bisa dipertahankan," papar Wawan.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya saat berkunjung ke Provinsi Riau menyatakan, pihaknya masih memerlukan hitungan berbagai macam seperti teknis drainase HTI maupun perkebunan kelapa sawit yang mengunakan lahan gambut sebagai tempat budi daya tanaman.
"Di lapangan kita menemukan bahwa sudah ok, mungkin sistem teknis drainase atau kanal-kanal tersebut seperti apa seharusnya. Berapa besar kerapatannya, berapa banyak kerapatannya serta berapa lebarnya dan lain-lain," katanya.
Dia mengatakan, hal tersebut memiliki hitungan berapa idealnya termasuk kapan dibangun bendungan di kanal-kanal yang befungsi sebagai menyalurkan air bagi masyarakat yang tingal disekitar suatu daerah hutan tanaman industri.
"Sekarangan ini, kita tidak pakai sitem, melainkan main "sodet" aja. Saya kira termasuk itu tadi berapa centi (penentuan batas permukaan air gambut), kita evaluasi saja," papar menteri, menegaskan.
Berita Lainnya
'Tambis Sri-KANDI', wadah bertemunya para peneliti dan pengusaha
09 March 2024 15:28 WIB
Peneliti Jerman jajaki kerjasama pemanfaatan biomassa PTPN V
02 November 2023 15:35 WIB
Peneliti BRIN sebut optimalisasi bioetanol bisa kurangi kuota impor migas
15 June 2023 9:44 WIB
Peneliti : Polisi di Riau bisa digugat terkait kasus Wabup Rohil
01 June 2023 21:23 WIB
Peneliti sebut elektabilitas Erick Thohir meningkat usai halau sanksi FIFA
27 May 2023 9:51 WIB
Peneliti jelaskan alasan produk tembakau alternatif berisiko kesehatan rendah
28 March 2023 13:00 WIB
Peneliti Unri ciptakan teknologi pantau kesehatan jembatan
08 March 2023 6:15 WIB
Peneliti: Tidak ada kudeta konstitusi dalam penetapan Perppu Nomor 2 tentang Ciptaker
07 January 2023 14:32 WIB