BI Soroti Perlambatan Kinerja BPR Di Riau

id bi soroti, perlambatan kinerja, bpr di riau

BI Soroti Perlambatan Kinerja BPR Di Riau

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Bank Indonesia Perwakilan Riau menyoroti perlambatan kegiatan usaha Badan Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan III/2014 yang dinilai menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan.

Berdasarkan data kajian ekonomi regional BI Riau, di Pekanbaru, Jumat, kondisi menurunnya kinerja BPR tercermin dari melambatnya pertumbuhan aset dan dana. Meskipun begitu, jumlah kredit yang disalurkan meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Kepala BI Perwakilan Riau, Mahdi Muhammad, mengatakan jumlah BPR maupun BPRS yang beroperasi di Provinsi Riau tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sebanyak 35 usaha.

Pada triwulan laporan, lanjutnya aset BPR tercatat sebesar Rp1,11 triliun, meningkat 4,00 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Namun, kondisi itu melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,16 persen (yoy).

"Melambatnya pertumbuhan aset didorong oleh melambatnya pertumbuhan dana yang dihimpun menjadi sebesar Rp770,22 miliar atau tumbuh 9,66 persen, dari tumbuh 10,02 persen secara yoy pada triwulan sebelumnya," kata Mahdi.

Perlambatan jumlah dana utamanya didorong oleh melambatnya pertumbuhan tabungan yang tercatat sebesar Rp352,03 miliar atau tumbuh 9,79 persen, dari tumbuh 15,30 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Di sisi lain, pertumbuhan deposito tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari tumbuh 5,80 persen menjadi 9,54 persen (yoy) atau sebesar Rp418,19 miliar.

Sementara itu, jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp815,13 miliar atau tumbuh 7,68 persen (yoy) dan 4,16 persen (qtq). Jumlah itu meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,56 persen (yoy).

Sedangkan berdasarkan sektoral, lanjutnya, peningkatan penyaluran kredit BPR pada triwulan laporan utamanya terjadi pada sektor pertanian (23,68 persen) dan sektor perdagangan (15,18 persen) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Kedua sektor ini juga menyerap kredit dengan pangsa terbesar, yaitu masing-masing tercatat sebesar 30,54 persen dan 24,94 persen," ujanrya.

Ia mengatakan penurunan jumlah dana yang dihimpun, yang diikuti dengan peningkatan jumlah kredit yang disalurkan, mengakibatkan fungsi intermediasi perbankan mengalami peningkatan yang tercermin dari peningkatan LDR (load deposit ratio) dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 105,14 persen menjadi 105,83 persen.

Selain itu, kualitas kredit yang disalurkan juga tercatat mengalami perbaikan, tercermin dari penurunan NPL (nonperforming loan) yaitu dari 15,78 persen menjadi 15,56 persen.

"Akan tetapi, NPL BPR masih berada di atas batas kewajaran yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar lima persen sehingga masih perlu menjadi perhatian bagi pihak bank," katanya.