Ekonom: Krisis Listrik Riau Ganggu Produktivitas UMKM

id ekonom, krisis listrik, riau ganggu, produktivitas umkm

 Ekonom: Krisis Listrik Riau Ganggu Produktivitas UMKM

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Ekonom dari Universitas Riau Edyanus Herman Halim menyatakan krisis listrik yang terus-menerus terjadi di berbagai wilayah kabupaten/kota di Provinsi Riau sangat menganggu industri khususnya bagi kalangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

"Untuk diketahui, bahwa listrik adalah infrastruktur dasar, hampir tidak ada unit bisnis di Riau yang tidak tergantung pada listrik," kata Edyanus kepada Antara di Pekanbaru, Senin siang.

Oleh karena itu, lanjut dia, bila listrik mengalami devisit atau tidak memadai, maka produktivitas industri khususnya UMKM akan sangat terganggu.

Kondisi demikian menurut dia, bisa membuat kemampuan daerah untuk menyediakan produk-produk hasil industri makin berkurang.

Akibatnya, lanjut dia, untuk melayani kebutuhan masyarakat akan terganggu, terlebih diakhir tahun ini arus kebutuhan barang dan jasa kian meningkat.

"Dan krisis listrik, maka akan sangat mengganggu," katanya.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau (WRKR) sebelumnya memprediksi tahun 2015 jumlah pelanggan di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau akan mengalami pertumbuhan signifikan hingga menembus angka lebih 1,3 juta pelanggan.

"Atau tumbuh sekitar 6,9 persen dari tahun ini dimana jumlah pelanggan PLN mencapai angka lebih dari 1,2 juta," kata General Manager (GM) PLN WRKR, Doddy Benjamin Pangaribuan.

Doddy mengatakan, angka tersebut didukung dengan pertumbuhan ekonomi di Riau dan Kepulauan Riau yang cukup pesat yakni mencapai 5,36 persen atau jauh meningkat dibanding tahun ini yang masih diangka 4,66 persen.

Hal tersebut menurut dia juga akan menambah kebutuhan energi listrik dari saat ini yang mencapai 775 Mega Watt (MW) saat beban puncak menjadi 855 MW pada 2015.

Prediksi sama juga untuk tahun-tahun berikutnya hingga memasuki tahun 2022 dimana jumlah pelanggan diperkirakan akan menembus angka lebih dari 2 juta.

"Saat itu (tahun 2022), kebutuhan listrik di daerah ini akan mencapai 1.820 MW sehingga memang harus didukung dengan investasi pembangkit yang inovatif," katanya.

Edyanus mengatakan, kebutuhan listrik di Riau yang begitu besar, harus didukung dengan kinerja PLN yang baik, termasuk investasi pembangkit yang inovatif.

"Jika tidak, maka krisis listrik akan terus terjadi di berbagai wilayah kabupaten/kota di Riau seperti yang selama ini terjadi," katanya.

Sejumlah wilayah di Riau sejauh ini dikabarkan masih mengalami krisis listrik akibat tingginya pertambahan pelanggan namun tidak diimbangi dengan ketersediaan daya.

Menurut data PLN WRKR, saat ini investasi pembangkit di Pekanbaru hanya ada sebanyak 12 unit terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kotobanpang--1,2 dan 3 berkapasitas 3x38 Mega Watt (MW) serta Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) berkapasitas 26 MW.

Kemudian PLTG Teluk Lembu 1 dan 2 masing-masing berkapasitas 21,6 MW, dan PLTG Telum Lembu 3 berkapasitas 20 MW.

Selanjutnya ada juga pembangkit PLTGM sewa Peluk Lembu 1 berkapasitas 12 MW, Teluk Lembu sewa 2 50 MW serta LLTGM telum Lembu sewa 3 berkapasitas 30 MW.

Ada juga PLTG Balai Pungut 1 dan 2 masing-masing berkapasitas 20 MW. PLN WRKR juga memiliki belasan pembangkit lainnya yang saat ini masih dalam tahap pengerjaan, salah satunya adalah PLTU Tenayanraya berkapasitas 2x110 MW yang dijadwalkan segera masuk sistem interkoneksi pada 2015.