Pekanbaru, (Antarariau.com) - Pemerintah Kabupaten Kampar, Riau, pada 2014 menyalurkan 1.080 mesin jahit kepada warga kurang mampu yang sebelumnya mendapatkan pelatihan menjahit sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga dan mengurangi pengangguran.
"Untuk jahit menjahit sampai saat ini tetap ada programnya, mulai dari pelatihan, hingga bantuan perangkat kerja dan pinjaman modal usaha. Sekarang, per angkatan itu ada 90 orang, dimana tiap satu bulan ada dua angkatan yang dilatih untuk keterampilan menjahit," kata Bupati Kampar Jefry Noer kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.
Kegiatan tersebut masuk ke dalam Program Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bina Insan Mandiri di Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kampar.
Dengan demikian, lanjut dia, berarti setiap bulannya ada sebanyak 180 orang yang dilatih untuk bidang menjahit, sebagai salah satu langkah pengurangan pengangguran di daerah ini.
Jefry mengatakan, pelatihan hingga mereka pandai akan memakan waktu 24 hari. Dalam waktu 24 hari itu, mereka sudah harus bisa melakukan tahap-tahap mendasar. Setelah dianggap mampu mandiri, mereka akan diberikan mesin masing-masing satu unit.
Dalam program pemberdayaan ini, Pemkab Kampar menerapkan pola kelompok, dimana per kelompoknya ada sebanyak enam orang penjahit yang telah dilatih. Tiap kelompok itu akan berbagi tugas untuk tiap orangnya sehingga hasil atau pekerjaannya maksimal.
Mereka akan terus dilatih dengan harapan kedepannya mereka dapat menghasilkan uang paling sedikit Rp1,5 juta hingga Rp2,5 juta per orang/bulan.
Sebagai langkah pengembangan usaha, kata Jefry, pihaknya juga memfasilitasi kelompok binaan itu dengan pinjaman modal usaha, bekerja sama dengan sejumlah bank, salah satunya melalui dana Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) Bank Riau dan Kepulauan Riau (BRK).
"Kemudian ada Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang juga bekerja sama dengan kami dalam pinjaman modal usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kampar lewat program jahit menjahit," katanya.
Jefry mengatakan, pihaknya juga berkeinginan dari program jahit menjahit ini, penyediaan pakaian seragam sekolah dapat terpenuhi dari hasil kerja masyarakat lokal.
Sat ini, katanya, jumlah siswa/siswi sekolah yang negeri saja mencapai sekitar 166.000 orang, dengan demikian apabila setahun diperlukan pakaian untuk seragam sekolah 2 pasang saja, maka setahun diperlukan sebanyak 332.000 pasang pakaian sekolah. (Adv)
Berita Lainnya
Lepas keberangkatan 68 kafilah, ini pesan Bupati Bengkalis
18 April 2024 19:27 WIB
Kasmarni deklarasikan maju kembali
18 April 2024 19:16 WIB
Pembangunan jembatan Bengkalis-Bukit Batu dimulai dengan pembebasan lahan
17 April 2024 16:43 WIB
Disebut nihil solusi terkait antrean, ini kata Kadishub Bengkalis
15 April 2024 22:03 WIB
Basarnas dan Pemkab Banyuwangi kolaborasi patroli udara arus balik Lebaran 2024
15 April 2024 12:34 WIB
Kurangi kecepatan hindari kecelakaan di jalur Garut
09 April 2024 4:09 WIB
Tinjau posko Lebaran, ini pesan Bupati Bengkalis
08 April 2024 21:22 WIB
Festival lampu colok, PUPR Bengkalis tampilkan pola jembatan Pulau Sumatera
06 April 2024 21:48 WIB