Kampar Targetkan Bebas Kemiskinan 2016

id kampar targetkan, bebas kemiskinan 2016

Kampar Targetkan Bebas Kemiskinan 2016

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Pemerintah Kabupaten Kampar, Riau, menargetkan mencapai kesuksesan menjalankan Program 3 Zero yaitu bebas kemiskinan, pengangguran, dan rumah kumuh pada 2016.

Bupati Kampar Jefry Noer kepada pers di Siakhulu, Kampar, Senin, mengatakan janda tua yang memiliki tanggungan anak belum bekerja dan orang-orang yang mengalami cacat permanen akan menjadi tanggungan pemerintah daerah.

"Mereka akan mendapatkan uang lebih Rp3 juta setiap tahun yang akan diberikan per bulan untuk mengurangi beban perekonomian," kata Jefry.

Jefry mengatakan target kesuksesan Program 3 Zero tersebut didukung dengan berbagai program lainnya sebagai upaya mewujudkan Lima Pilar Pembangunan Kampar yakni; peningkatan akhlak dan moral masyarakat, peningkatan ekonomi masyarakat, peningkatkan sumber daya manusia, peningkatan kesehatan dan peningkatan infrastruktur.

Peningkatan akhlak dan moral menurut Jefry penting sebagai upaya memperbaiki jati diri untuk membangkitkan semangat dalam bekerja-bekerja dan bekerja.

Kemudian pilar lainnya yakni peningkatan ekonomi masyarakat yang selama ini telah dijalankan melalui program di berbagai sektor seperti pertanian, perikanan, dan pengelolaan limbah ternak serta jahit menjahit dan lain sebagainya, kata dia.

Menurut Jefry, upaya itu juga dilakukan sejalan dengan pilar ketiga yakni peningkatan sumber daya manusia dan pilar keempat dalam peningkatan kesehatan masyarakat.

Salah satu program terbaru yang sekarang sedang dijalankan Bupati Jefry Noer adalah Program Desa serta Rumah Tangga Mandiri Pangan dan Energi yang lahan percontohannya berada di kawasan Pusat Pelatihan Petanian Pedesaan Swadaya Masyarakat (P4S) Kubang Jaya, Kecamatan Siakhulu, Kampar.

Program tersebut merupakan program terbaru Pemkab Kampar yang masuk dalam 3 Zero "plus" target swasembada pangan dan energi. Program ini mengedepankan pemanfaatan lahan sempit untuk menghasilkan berbagai kebutuhan rumah tangga yang lebih dari cukup.

Di atas lahan seribu meter persegi itu, nantinya setiap rumah tangga dapat memelihara empat ekor sapi bila sapinya merupakan sapi Brahmana, namun bila yang dipelihara sapi Bali maka jumlahnya bisa enam ekor, dan untuk lahan seluas 1.500 meter persegi, maka akan bisa lebih banyak lagi.

Kemudian, lanjut Jefry, dibangun pula lokasi untuk pemeliharaan ayam petelor dengan hasil lebih kurang 50 butir telor per hari. Selanjutnya juga ada kolam untuk perikanan. Sementara untuk tanaman, rumah tangga mandiri dapat menanam berbagai jenis sayuran yang menjadi kebutuhan pokok, mulai dari bawang, jamur, cabai, dan lainnya.

Kemudian dari sapi yang dipelihara tersebut, juga akan menghasilkan lebih kurang 40 liter urine per hari yang akan diolah menjadi biourine dimana harganya bisa mencapai Rp25 ribu per liter. Bio urine dapat digunakan untuk pupuk perkebunan berkualitas tinggi, begitu juga dengan kotoran padat yang dihasilkan sapi-sapi tersebut juga dapat menghasilkan biogas sebagai alternatif bahan bakar.

Jefry Noer mengatakan, melalui program ini masyarakat benar-benar akan sejahtera jika serius melaksanakannya. Karena hasilnya tidak main-main, bisa membuat masyarakat yang tadinya miskin menjadi jutawan dan tidak kebingungan untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.

"Mau masak tinggal beli garam, beras dan bumbu-bumbu saja. Mau bawang, cabai dan sayuran, tinggal dipanen di halaman rumah. Untuk masak, sudah ada biogas dan ikan yang dipelihara sendiri," katanya.

Jefry merincikan, jika program ini dijalankan dengan baik dan serius, maka hasilnya juga lebih dari memuaskan. Seperti bio urine hasil dari kotoran cair sapi yang dipelihara, per bulannya dapat menghasilkan lebih seribu liter.

"Anggap saja yang jadi atau berhasil diolah itu 250 liter, artinya sudah menghasilkan uang lebih dari Rp6 juta. Belum lagi dari hasil pertanian dan perikanan yang jika serius dijalankan juga akan mendatangkan uang," katanya.

Pada program ini, Jefry Noer memberikan pembelajaran bagi masyarakat, bahwa banyak yang dapat dimanfaatkan dari lahan yang sempit. Bahkan inovasi yang dikedepankan memberikan pelajaran; bahwa ternyata limbah ternak memiliki harga jual yang melebihi harga dari hewan peliharaan itu.

"Dalam program ini, semuanya dibalik. Jika selama ini masyarakat menganggap sapi sebagai hewan ternak yang berharga, ternyata limbah atau kotorannya jauh lebih berharga. Bahkan air kencingnya bisa lebih mahal dari susu yang dihasilkan, bahkan lebih mahal dari minyak," katanya.

Menurut Jefry, jika semua program ini berjalan dan dilaksanakan dengan baik, pada 2016 tidak akan ada lagi masyarakat yang miskin dan kelaparan karena semuanya sudah ada di halaman rumah dan penghasilan lebih dari cukup. (adv)