Pekanbaru, (Antarariau.com) - Pemerintah menargetkan implementasi proyek percontohan pertama di Indonesia untuk program pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD) di kawasan taman nasional mulai tahun ini.
"Ketika ada pembeli yang diharapkan pada climate conference atau COP 21 bulan November 2015 di Paris, begitu ketuk palu, maka kita sudah siap untuk implementasi REDD di Tesso Nilo," papar Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bambang Supriyanto di Pekanbaru, Kamis.
Hal tersebut diungkapkannya usai menjadi pembicara dalam Seminar "Pembelajaran Bersama Implementasi Proyek REDD+ di Kawasan Tesso Nilo" yang diadakan oleh Balai Taman Nasional Tesso Nilo dan World Wide Fund (WWF) Indonesia.
Dia mengatakan pemerintah menargetkan negara bisa mendapat pemasukan dari jasa lingkungan sekitar Rp1 triliun dalam lima tahun ke depan atau sekitar Rp200 miliar per tahun dari perdagangan karbon dengan mengurangi emisi taman nasional.
Jumlah tersebut berasal dari jasa wisata alam senilai Rp80 miliar per tahun, kemudian jasa lingkungan air sebesar Rp20 miliar dan panas bumi sebanyak Rp100 miliar per tahun dari pemanfaatan jasa lingkungan melalui pembuatan REDD pada dua kawasan konservasi yaitu Taman Nasional Tesso Nilo dan Taman Nasional Sebangau.
Dia mencontohkan seperti luas kawasan Taman Nasional Tesso Nilo melalui perubahan fungsi dari hutan produksi terbatas yang memiliki total 83.068 hektare berdasarkan SK Menhut Nomor SK.255/Menhut-II/2004 dan SK Menhut Nomor:SK 663/Menhut-II/2009, namun kini hanya 30.000 hektare diantaranya masih alami.
"Dengan menjaga kawasan 30.000 hektare itu, emisinya tidak naik. Di tambah upaya restorasi seperti kalau dia masyarakat adat kita beri disentralisasi sendiri, sementara kalau dia pendatang kita tentukan zona yang hak dan kewajiban. Saya yakin akan lebih bagus," katanya.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mempunyai keyakinan bila hal tersebut terjadi, maka akan terjadi peningkatan karbon dalam 5 tahun atau 10 tahun menjadi naik dan memberi implikasi kepada lingkungan seperti habitat dan reproduksi satwa yang dilindungi akan lebih baik.
"Harapan kita seperti itu. Melalui proyek REDD dapat jadi insentif dari kerja keras dalam selesaikan perambahan di Tesso Nilo. Jadi ada tiga strategi yang akan diterapkan untuk menghasilkan "carbon stok" dalam lima tahun ke depan," ucap Bambang.
Tandya Tjahjana, Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo menyebut pihaknya siap dalam melakukan pengaman dan restorasi di kawasan taman seluas 83.068 hektare yang sebagian besar terkena aksi perambahan liar dan 28.000 hektare diantaranya beralih fungsi menjadi tanaman kelapa sawit.
"Langkah yang kita lakukan saat ini adalah pengamanan dan restorasi melibatkan masyarakat tempatan. Jadi itu menjadi kebutuhan kita semua. Setelah acara hari ini, kita harapkan ada laporan dan segera kita sampaikan ke beberapa negara yang tertarik terutama luar negeri," katanya.
Berita Lainnya
Pemerintah targetkan sejuta wirausaha baru untuk siapkan Indonesia jadi negara maju
12 May 2022 17:06 WIB
Pemerintah targetkan angka prevalensi stunting di bawah 14 persen pada 2024
24 March 2022 16:15 WIB
Luhut targetkan Rp400 triliun belanja pengadaan barang pemerintah dari UMKM
24 February 2022 13:15 WIB
Pemerintah targetkan produksi WK Rokan 200.000 barel/hari
15 October 2021 6:47 WIB
Pemerintah targetkan pelaksanaan program vaksinasi COVID-19 capai 80 persen pada 2021
29 September 2021 13:37 WIB
Pemerintah targetkan KEK BAT Batam bisa serap investasi miliaran dolar AS
12 June 2021 16:17 WIB
Pemerintah targetkan vaksinasi lansia hingga 21,5 juta hingga Juni
09 March 2021 16:43 WIB
Pemerintah Targetkan PGN Satu Juta Sambungan Baru
10 November 2018 20:25 WIB