Pelabuhan Gula Tegal Akan Jadi Pelabuhan Perikanan

id pelabuhan, gula tegal, akan jadi, pelabuhan perikanan

 Pelabuhan Gula Tegal Akan Jadi Pelabuhan Perikanan

Oleh Slamet Hadi Purnomo

Surabaya, (Antarariau.com) - Pelabuhan Tegal di Jawa Tengah yang pada masa penjajahan Belanda dijuluki "Haven Zucker" atau Pelabuhan Gula, kini siap dikembangkan menjadi pelabuhan perikanan dengan menggali potensi yang ada di daerah sekitar.

Pelabuhan Tegal adalah pelabuhan di Desa Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal. Pelabuhan ini terletak di pantai utara Jawa Tengah serta diapit oleh Pelabuhan Tanjung Emas Semarang di sebelah timur dan Pelabuhan Cirebon di sebelah barat.

Untuk menggali potensi yang ada, PT Pelabuhan Pelabuhan Indonesia III segera melakukan studi kelayakan bekerja sama dengan pakar dari Institut Pertanian Bogor (IPB) serta studi banding ke berbagai daerah di Indonesia yang sebelumnya telah mengembangkan pelabuhan sejenis,k di antaranya Pelabuhan Benoa di Bali dan Pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara.

Hasil penggalian potensi tersebut kemudian akan dipaparkan ke Kementerian Perhubungan serta Kementerian Keluatan dan Perikanan (KKP) sebelum ditindaklanjuti dengan pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukungnya.

"Saat ini sedang disusun potensi-potensi yang akan dikembangkan sebelum kami paparkan ke kementerian," kata General Manager PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Emas Semarang yang juga membawahi Kawasan Pelabuhan Tegal Tri Suhardi, akhir pekan lalu.

Pelabuhan Tegal seperti halnya sejumlah pelabuhan lain di Indonesia, cikal bakalnya merupakan pelabuhan peninggalan penjajah Belanda. Pelabuhan Tegal merupakan pelabuhan yang diperkirakan dibangun pada abad ke-18.

Pelabuhan berkedalaman sekitar 3 meter ini pada saat itu sudah berfungsi sebagai pusat aktivitas kapal-kapal dagang. Bahkan, Pelabuhan Tegal sempat disebut sebagai Pelabuhan Gula karena ekspor gula ke Belanda atau ke negara-negara di Eropa melalui pelabuhan ini.

Tanda-tanda Pelabuhan Tegal sebagai Pelabuhan Gula tampaknya masih membekas dan bisa dilihat hingga saat ini.

Tanda-tanda itu di antaranya adalah adanya kilang tetes yang hingga kini masih berfungsi. Selain itu, di sekitar wilayah Pelabuhan Tegal banyak berdiri pabrik-pabrik gula, seperti PG Jatibarang, PG Banjaratama, PG Pangkah, PG Kalibagor, PG Sragi, dan PG Comal.

Tanda lainnya, alur rel kereta api yang masuk ke wilayah kerja Pelabuhan Tegal berfungsi sebagai pengangkut hasil pabrik untuk dikapalkan.

Meski aktivitas Pelabuhan Tegal banyak didominasi bongkar muat komoditas gula, di pelabuhan tersebut juga untuk bongkar muat berbagai komoditas lain karena daerah belakang (hinterland) pelabuhan ini relatif cukup luas.

"Hinterland" Pelabuhan Tegal mencakup Pekalongan, Tegal, Banjarnegara, Banyumas, Batang, Pemalang, Purwokerto, Brebes, dan Slawi yang merupakan penghasil karet, teh, getah pinus, dan lain-lain.

Selain komoditas perkebunan, "hinterland" Pelabuhan Tegal juga merupakan daerah industri, seperti industri mesin dan logam dasar, aneka industri, industri kecil dan industri kerajinan, termasuk industri kayu.

Usaha yang dijalankan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) di Kawasan Pelabuhan Tegal saat ini adalah penyediaan perairan dan kolam pelabuhan untuk kelancaran lalu lintas kapal dan tempat berlabuh, pemanduan kapal dan penundaan untuk keselamatan gerakan kapal di pelabuhan, gudang dan lapangan penumpukan, serta peralatan bongkar muat barang.

Usaha lainnya, menyediakan dermaga untuk bertambat dan pelayanan bongkar muat barang dan hewan serta penyediaan fasilitas naik turunnya penumpang, penyediaan daya listrik, dan distribusi air minum di pelabuhan, khususnya untuk keperluan kapal umum, pemadam kebakaran dan lain-lain.

Bukan Sekadar Pelabuhan

Guna menyukseskan rencana pengembangan Pelabuhan Tegal, PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) telah melakukan pembicaraan serius dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Tegal guna membentuk tim khusus dari kedua belah pihak.

Berdasarkan pembicaraan antara PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) dan pemkot terungkap rencana pengembangan Pelabuhan Tegal sebagai pusat industri perikanan.

"Di Tegal tidak sekadar pelabuhan, tetapi dikembangkan menjadi industri perikanan yang pertama di Indonesia," ujar Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Djarwo Surjanto saat bertemu Wali Kota Tegal Siti Masitha Soeparno beberapa waktu lalu.

Dalam kesempatan tersebut Djarwo Surjanto didampingi Direktur Utama PT Berlian Jasa Terminal Indonesia, anak usaha PT pelabuhan Indonesia III, Putut Sri Muljanto, Manajer Kawasan Pelabuhan Tegal Amarto Sugeng Basuki, dan Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Kepelabuhan (KSOP ) Tegal Agus Afiriyanto.

Sementara itu, Wali Kota Tegal didampingi Plt. Sekda Kota Tegal Dyah Kemala Sintha dan Kepala SKPD terkait di lingkungan Pemerintah Kota Tegal.

Meski telah diperoleh gambaran jika Pelabuhan Tegal akan dikembangkan menjadi pusat industri perikanan, kedua belah pihak masih perlu mengumpulkan informasi guna mendukung rencana tersebut.

"Rencana pengembangan pelabuhan akan menjadi kesepakatan, ke depan seperti apa? Jadi, kami masih perlu mengumpulkan informasi-informasi upaya pengembangannya sehinggga betul-betul memenuhi kebutuhan Kota Tegal," kata Djarwo.

Artinya, perlu kajian yang baik sehingga pengembangan Pelabuhan Tegal akan selaras dengan pembangunan Kota Tegal. Jika Pelabuhan Tegal dikembangkan menjadi pusat industri perikanan, industri perikanan tersebut harus cocok dengan kondisii Kota Tegal.

Selanjutnya, kata dia, tim akan menyusun rencana induk pelabuhan (RIP) serta melakukan kajian analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) dan studi kelayakan agar sejalan dengan regulasi pemerintah.

Setelah kajian selesai, pembangunan Pelabuhan Tegal diharapkan bisa segera dilaksanakan. "Dalam satu tahun ke depan bisa dilaksanakan pembangunan fisik. Dua hingga tiga tahun sudah bisa terbangun," kata Djarwo optimistis.

Wali Kota Tegal Hj. Siti Masitha menyambut positif kerja sama tersebut. Dia berharap pembangunan Pelabuhan Tegal akan mampu meningkatkan perekonomian dan pendapatan masyarakat Tegal.

Pelabuhan Tegal yang pernah mengalami masa keemasan sebagai "Pelabuhan Gula" pada masa penjajahan Belanda, kini dan yang akan datang diharapkan tetap akan memberikan "rasa manis" bagi pergerakan roda ekonomi serta kesejahteraan masyarakat setempat.