Mandiri Pangan Kunci Sejahterakan Masyarakat

id mandiri pangan, kunci sejahterakan masyarakat

Mandiri Pangan Kunci Sejahterakan Masyarakat

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Riau menyatakan program kemandirian pangan yang dijalankan pemerintah Presiden-Wapres Joko Widodo-Jusuf Kalla menjadi salah satu kunci untuk menyejahterakan masyarakat Indonesia di berbagai daerah secara merata.

"Jika sudah mandiri, tidak perlu biaya besar untuk angkutan berbagai barang kebutuhan pangan. Selama ini, banyak kebutuhan pangan masih didatangkan dari luar daerah dan bahkan sampai luar negeri. Maka, hal itu tentu akan mendatangkan kerugian," kata Kepala BI Provinsi Riau Mahdi Muhammad di Pekanbaru, Ahad.

Dia mengatakan program kemandirian pangan yang dicanangkan pemerintah bisa diaplikasikan dari hal yang paling kecil seperti dengan memanfaatkan lahan yang kecil atau sempit untuk menghasilkan berbagai kebutuhan rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari.

Ia mencontohkan, budi daya tanaman praktis dan mudah dilakukan tanpa membutuhkan lahan luas melalui program tamanan hidroponik seperti sayuran seperti bayam, bawang, tomat, cabai, jamur, hingga peternakan ikan dan sapi dimana kotorannya juga dimanfaatkan menjadi biogas dan biourine.

"Kotoran dari seekor sapi bisa dimanfaatkan jadi biogas, dimana secara tidak langsung mampu memberi kemandirian energi bagi kita sendiri. Masyarakat bisa untuk memasak atau memanfaatkan penerangan menggunakan biogas tersebut," ucapnya.

Lalu untuk biourine, lanjut Mahdi, membuat masyarakat di Riau tidak perlu membeli pupuk karena dari hasil kotoran cair hewan yang diternakan tersebut mampu mempercepat pertumbuhan tanaman pangan.

"Ini penghematan yang luar biasa. Jika masyarakat kita melakukan program ini, maka warga jadi bisa menabung lebih demi masa depan," terangnya.

Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman pekan ini kembali menyatakan, bahwa daerah tersebut masih defisit atau kekurangan untuk memenuhi kebutuhan beras yang dikonsumsi sebagai bahan makanan pokok masyarakat mencapai 300 ribu ton lebih per tahun.

"Padahal kita mempunyai lahan yang cukup potensial, tetapi produktivitas terus menurun. Memang ada yang bisa panen dua kali dalam setahun, ada satu kali dan bahkan ada pula panen tiga kali. Penyebab utama yakni irigasi, sehingga pasokan air kurang," katanya.

Dia membeberkan, penyebab lain adalah lahan tidak bisa menghasilkan panen maksimal. Lalu terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit.

Demi memenuhi kebutuhan beras di Riau, maka pihaknya akan bersinergi dengan pusat, termasuk memperbaiki atau menambah irigasi yang kurang karena irigasi yang ada baru seluas 8.500 kilometer, tetapi 80 persen diantaranya dalam kondisi mengalami kerusakan.

"Kerusakannya terjadi ada bersifat ringan, sedang dan berat. Tetapi kami optimis bisa menuju swasembada pangan. Begitu juga pemerintah pusat melihat pertumbuhan di Riau sangat optimis, agar bisa jadi daerah swasembada," katanya.