Spirit Internasional: RTMPE Solusi Tepat Tentaskan Kemiskinan

id spirit internasional, rtmpe solusi, tepat tentaskan kemiskinan

Spirit Internasional: RTMPE Solusi Tepat Tentaskan Kemiskinan

Kampar,Riau (Antarariau.com) - Spirit Internasional selaku lembaga non-governmental organization (NGO) menyatakan Program Rumah Tangga Mandiri Pangan dan Energi (RTMPE) merupakan solusi tepat yang dijalankan Pemerintah Kabupaten Kampar, Riau untuk mengentaskan masalah kemiskinan, pengangguran dan rumah kumuh di daerah itu.

"Bupati Jefry Noer membangun Kampar dengan mengedepankan program tersebut adalah hal yang tepat. Program teranyar dan terbaik itu merupakan jawaban atas segala persoalan yang ada saat ini," kata Usamah Khan selaku peneliti pada Spirit Internasional saat berkunjung ke kawasan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Karya Nyata, Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Minggu siang.

Usamah mengatakan, sejauh ini belum ditemukan pemimpin daerah memiliki program karya nyata seperti yang dilakukan Jefry Noer di Kabupaten Kampar.

"Program tersebut baik untuk dikembangkan karena berpotensi menyelesaikan berbagai bersoalan yang selama ini dihadapi, terutama mengenai kemiskinan, pengangguran dan rumah kumuh," katanya.

Bupati Jefry Noer mengatakan, RTMPE merupakan program terbaru yang akan terus dikedepankan karena memiliki potensi yang sangat kuat untuk mendukung program-program lainnya.

Ia mengatakan, dalam satu kawasan lahan hanya seribu meter persegi, masyarakat tidak lagi kekurangan, karena semuanya telah ada di lahan tersebut.

"Untuk diketahui, bahwa ketahanan pangan bukan semata-mata beras. Ketahanan pangan adalah kesanggupan masyarakat untuk mendapatkan semua yang dibutuhkan. Kalau sudah ada penghasilan yang cukup atau bahkan besar, maka ketahanan pangan keluarga akan terjaga dengan baik," kata Jefry.

Jefry mengatakan, dalam kawasan lahan percontohan untuk RTMPE, masyarakat dilihatkan tentang bagaimana menjadi peternak dan petani yang propesional.

Di atas lahan tersebut, lanjut dia, setiap keluarga bisa memelihara enam ekor sapi Bali yang dapat menghasilkan 900 hingga 1.200 liter air kencing sapi yang kemudia diolah menjadi biourine. Biourine merupakan pupuk cair berkualitas tinggi yang mampu menyuburkan tanaman untuk hasil yang lebih memuaskan.

"Untuk biourine, anggap saja berhasil menghasilkan 500 liter per bulan. Kalau di Jawa harga per liternya Rp25 ribu, kita cukup jual dengan harga Rp15 ribu saja. Jika dikalkulasikan, maka penghasilan dari biourine saja mencapai Rp7,5 juta per bulan. Itu masih dari biourine," katanya.

Jefry melanjutkan, masih dari sapi nantinya masyarakat juga dapat mengolah kotoran berat untuk dijadikan biogas. Itu merupakan energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar bahkan listrik.

Selanjutnya, kata dia, kotoran sapi yang telah diambil biogasnya, juga dijadikan sebagai pupuk yang rata-rata sebulannya ada lebih satu ton atau seribu kilogram.

"Tak usah muluk-muluk, dijual saja per kilogramnya seribu rupiah, maka sebulan itu menghasilkan uang paling sedikit Rp1 juta," katanya.

Kemudian di atas lahan yang sama, demikian Jefry, masyarakat per keluarga juga dapat memelihara seratus ekor ayam petelur yang dipastikan akan menghasilkan 50 butir setiap harinya.

Dengan demikian, katanya, setiap bulan akan ada sebanyak 1.500 butir yang dihasilkan. Jika dijual seribu ripiah saja per butir, maka sebulan akan ada uang masuk sebesar Rp1,5 juta.

"Total penghasilan dari RTMPE ini jika ditotalkan paling sedikit adalah Rp10 juta. Itu belum lagi termasuk tanaman sayuran dan daging sapi atau bahkan anak sapi yang dihasilkan," katanya.

Masih hasil dari sapi tersebut, lanjut dia, jika dilakukan pengembangan, maka sapi tersebut bisa menghasilkan enam ekor anak setiap tahun dan jika tiga tahun akan bertambah 16 ekor.

Kemudian dari seratus ekor ayam yang dipelihara, lanjut dia, juga baiknya dikawinkan dengan pejantan bangkok agar telurnya bisa ditetaskan.

"Kalau telur tanpa embrio dijual seribu rupiah perbutir, maka telur dari hasil kawin silang itu dapat dijual seharga Rp2 ribu per butir. Maka hasil yang didapat akan lebih besar lagi. Kemudian telurnya itu juga dapat ditetapkan dan anaknya bisa dipelihara hingga berumur 45 hari baru kemudian dijual dengan harga Rp40 ribu per kilogram. Hasilnya akan jauh lebih besar lagi," katanya. (Adv)

Pewarta :
Editor: Fazar Muhardi
COPYRIGHT © ANTARA 2015