Menuju Poros Maritim Dunia Melalui Inaprima

id menuju poros, maritim dunia, melalui inaprima

Menuju Poros Maritim Dunia Melalui Inaprima



Oleh Ikhwan Wahyudi

Padang, (Antarariau.com) - Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus, Padang, Sumatera Barat, Kamis (30/4) siang, kedatangan tamu istimewa.

Jika selama ini yang bersandar hanya kapal barang, kapal penumpang dan kapal ikan, namun untuk pertama kalinya Kapal Riset Baruna Jaya I berlabuh di pelabuhan itu.

Rekam jejak kapal yang didominasi warna hijau ini cukup dikenal ketika ikut membantu pencarian kotak hitam pesawat Air Asia nomor penerbangan QZ-8501, yang jatuh di Perairan Selat Karimata pada 28 Desember 2014.

Kapal milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan nama panggilan YEAS tersebut sedang melaksanakan misi observasi laut bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) guna melakukan kegiatan Indonesia Program Inititative on Maritime Observation And Analysis (InaPRIMA).

Setelah hampir dua minggu berlayar sejak 16 April 2015, guna memasang peralatan observasi deep water ocean mooring atau buoy RAMA (Research Moored Array for African-Asian-Australian Monsoon Analysis and Prediction) di perairan Pulau Kokos, kapal berlabuh di Padang.

Kepala Tim Pelayaran Athur Yordan menjelaskan BMKG bekerja sama dengan BPPT serta National Oceanic and Atsmopheric Administration (NOAA) melakukan kegiatan observasi laut dalam bentuk kegiatan layar selama 30 hari pada 16 April-15 Mei 2015.

"Kegiatan ini untuk mewujudkan layanan informasi cuaca dan iklim maritim yang cepat dan akurat bagi pengguna," kata dia.

Ia mengatakan selama selama pelayaran pihaknya melakukan pemeliharaan dan memasang lima unit peralatan observasi "deep water ocean mooring" atau buoy RAMA.

Alat itu berbentuk seperti menara yang diapungkan di tengah laut untuk memperoleh data kelautan yang signifikan dalam memantau, memahami dan memprediksi variabilitas interaksi laut-atmosfer seperti fenomena Monsoon Asia, Indian Ocean Dipole, Madden-Julian Oscillation, ITF, jelas dia.

Pelayaran diikuti 20 peneliti dari Indonesia serta dua orang peneliti dari National Oceanic and Atsmopheric Administration (NOAA) Amerika Serikat.

Buoy berfungsi untuk pengamatan meteorologi untuk permodelan BMKG yang akan mengirimkan data air, suhu, yang dikirim ke satelit untuk dikirim ke server BMKG, kata dia.

Athur mengatakan pihaknya akan melanjutkan pelayaran berangkat menuju perairan Aceh untuk memasang Buoy pada tiga titik lagi yang selesai pada 15 Mei.

Sementara, Nakhoda Kapal Baruna Jaya I Ismail mengatakan kapal ini digunakan untuk penelitian laut yang dibuat pada 1989 di Prancis.

Bersambung ke hal 2 .....