Mengajak Masyarakat Jakarta Memilah Sampah

id mengajak masyarakat jakarta memilah sampah

 Mengajak Masyarakat Jakarta Memilah Sampah



Sambungan dari hal 1 ....

Pelajaran dari Kelurahan Pinang Ranti

Di tengah umbar sosialisasi yang disuarakan oleh pemerintah daerah DKI Jakarta, Kelurahan Pinang Ranti, satu wilayah kecil di Ibu Kota, melangkah lebih jauh. Bukan cuma memilah, penduduk juga dididik menangani sampah sesuai jenisnya.

Kelurahan Pinang Ranti yang terletak di Kecamatan Makassar, Kota Administrasi Jakarta Timur ini memiliki cara sendiri dalam mengelola sampah di wilayahnya. Pihak kelurahan secara tegas meminta warganya agar memilah sampah sebelum dibuang.

"Kalau ada yang melanggar akan kami berikan teguran secara langsung," kata staf Sarana dan Prasarana Lingkungan Hidup Kelurahan Pinang Ranti Sumardi.

Sosialisasi mengenai bagaimana cara memilah sampah sampai cara menanganinya, menurut Sumardi, sudah wajib dilakukan dalam pertemuan-pertemuan RT/RW di balai warga.

Hasilnya, menurut Sumardi, masyarakat di Kelurahan Pinang Ranti, yang memiliki 5 RW dan 54 RT, semakin terbiasa memisahkan sampah sesuai dengan jenis yang diatur oleh Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah, Pasal 24, Ayat 2.

Kelurahan itu sudah menyediakan tempat khusus untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos, sementara penduduk dianjurkan untuk mengubur sampah B3.

Untuk sampah anorganik, pemerintah desa menganjurkan agar masyarakat mendaur ulangnya menjadi barang-barang lain seperti tas, ikat pinggang maupun mainan. PKK pun diberdayakan untuk mengolah sampah-sampah tersebut.

"Ini berjalan dengan baik. Berkat barang-barang daur ulang itu, kelurahan tidak mengeluarkan terlalu banyak dana saat mengadakan acara-acara besar seperti Hari Kemerdekaan 17 Agustus," ujar Sumardi sumringah.

Selain itu, mengantisipasi penumpukan sampah anorganik, sejak tiga tahun lalu warga berinisiatif mendirikan bank sampah yang masih aktif hingga sekarang.

"Semua sampah kami tangani sedniri. Jadi sedikit sekali jumlah sampah yang dibawa ke tempat pembuangan sementara atau akhir," kata Sumardi.

Sementara, salah satu dari enam warga pendiri bank sampah yang berlokasi di RT 7/RW 5 ini, Krisna Dewi menyatakan bank sampah adalah salah satu alternatif yang paling efektif untuk mengolah sampah agar tidak menimbun dan mengotori lingkungan.

Ia menambahkan, sistem bank sampah pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan bank-bank pada umumnya. Yang berbeda adalah pada bank tersebut masyarakat bertransaksi menggunakan sampah.

"Dengan menjadi nasabah, masyarakat bisa mengumpulkan sampah seperti botol-botol minuman, kardus, kertas, ataupun barang-barang bekas lain. Selanjutnya, kita akan timbang dan hargai sesuai berat dan jenisnya," tutur Krisna.

Kardus kering, misalnya, akan dihargai Rp1.400,00 per kilogram, bekas minuman ukuran gelas yang sudah dibersihkan dari mereknya dihargai Rp5.000,00 per kilogram. Jika belum dibersihkan, harganya Rp1.500,00 per kilogram. Botol minuman ukuran 600 mililiter atau sejenisnya, yang sudah dibersihkan, bisa dihargai Rp2.500,00 per kilogram.

"Pengumpulan akan dilakukan setiap Sabtu pukul 11.00 WIB dan sampah yang dikumpulkan akan dijual ke pengepul. Nantinya uang hasil `tabungan`sampah bisa diambil setiap tahun," ujar Krisna.

Bank sampah di Kelurahan Pinang Ranti, yang berlokasi di RT 7/RW 1, lanjut Krisna, sudah beranggotakan sekitar 60 nasabah tetap. Pada tahun 2014, total uang yang dikembalikan kepada nasabah mencapai Rp10 juta.

"Namun, sayangnya masih ada warga yang malu menjadi nasabah bank sampah. Padahal, dampaknya cukup besar, baik terhadap lingkungan maupun kepada masyarakat," tuturnya.

Bank sampah yang sudah berusia tiga tahun ini sendiri, menurut Krisna, dalam operasionalnya mendapat bantuan dari pemerintah maupun pihak swasta.

"Kami mendapatkan bantuan alat cacah dari PNPM Mandiri. Selain itu, ada perusahaan Eropa yang menyumbang alat timbang dan kalkulator," ujar dia.

Krisna pun mengutarakan harapannya terkait pemanfaatan bank sampah, kalau bisa ada di setiap RW di wilayah Jakarta.

"Semakin banyak jumlah bank sampah, kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan sendiri dan mengolah serta memilah sampah semakin tinggi," ujar Krisna Dewi.