Anak TK Belajar Daur Ulang di Sapulidi Center

id anak tk, belajar daur, ulang di, sapulidi center

Anak TK Belajar Daur Ulang di Sapulidi Center

Pekanbaru, (Antarariau.com) - sekitar 60 anak dari TK Khoiru Ummah belajar mendaur ulang dan mengenal alam di Sapulidi Center, di Jalan Pahlawan Kerja No. 247 Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru, Rabu.

Dalam kunjungan tersebut, anak-anak melakukan beragam aktivitas seperti mendaur ulang kulit telur menjadi pajangan, menanam bibit cabai, hingga memberi makan ikan lele di kolam Sapulidi Center. Kepala Sekolah TK Khoiru Ummah, Umi Siti, mengatakan kegiatan tersebut sangat bermanfaat untuk tumbuh kembang anak dalam mengenal lingkungan sekitar.

Ia mengaku sangat mengapresiasi Sapulidi Center yang bersedia memberikan ruang untuk berbagi ilmu kepada anak-anak. Menurut dia, suasana Sapulidi Center yang rindang penuh pepohonan dan aneka karya hasil daur ulang limbah sangat tepat untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda untuk pelestarian alam.

"Anak-anak sangat menikmati semua kegiatan, sampai mereka awalnya tidak mau pulang," kata Umi Siti.

Pengelola Sapulidi Center, Richard Sang, menjelaskan bahwa Sapulidi Center merupakan wadah kreativitas untuk semua orang, khususnya generasi muda, dalam beraktualisasi di berbagai kegiatan positif. Salah satu yang menjadi fokus utama adalah mendaur ulang limbah seperti sampah kayu, plastik, dan kulit telur. Khusus untuk anak-anak TK, Richard menyediakan limbah papan triplek yang dibentuk berbagai macam untuk ditempeli dengan kulit telur.

Limbah kulit telur yang digunakan anak-anak adalah bekas dari makan siang mereka saat acara tersebut. "Jadi anak-anak dilatih bahwa dari makanan yang kita konsumsi sehari-hari bisa didaur ulang jadi pajangan dinding," katanya.

Ia mengatakan kegiatan untuk anak-anak TK Khoiru Ummah tersebut sebenarnya sangat sederhana, namun mulai jarang dilakukan saat ini bahkan cenderung ditinggalkan oleh masyarakat. Ia menilai, generasi muda sekarang lebih dekat dengan mainan berteknologi canggih ketimbang berada diluar ruangan dalam beraktivitas sehari-hari.

Hal itu membuat anak-anak tumbuh seakan dalam sekat-sekat yang membuat mereka cenderung individualis, cenderung enggan bersosialisasi dan melupakan gotong-royong sebagai nilai hidup yang luhur di tengah masyarakat.

"Jangan biarkan anak-anak kita hidup dalam sekat-sekat dengan memanjakan mereka dengan mainan-mainan mahal dan melarang mereka bermain diluar ruangan. Biarkan mereka bebas beraktivitas diruangan terbuka hijau, karena itu yang sebetulnya mereka butuhkan untuk menumbuhkan jiwa sosial, menyintai lingkungan dan saling berbagi," kata Richard.