Pekanbaru, (Antarariau.com) - Akademisi menilai Program Rumah Tangga Mendiri Pangan dan Energi (RTMPE) yang dijalankan Pemerintah Kabupaten Kampar Provinsi Riau sangat potensial untuk menguatkan ketahanan pangan dan energi sehingga memang harus "ditularkan" ke berbagai daerah lainnya.
"Kemudian harus dikawal progra tersebut sehingga dinikmati oleh banyak masyarakat," kata Ketua Umum Ikatan Sarjana Komunikasi Wilayah Riau, Nurul Huda kepada pers di Pekanbaru, Selasa.
Nurul mengatakan, pihaknya "mengangkat jempol" atas upaya yang dilakukan Pemda Kampar dalam mendorong negara untuk mempertahankan kebutuhan paling mendasar, yakni pangan dan energi.
"Namun ini harus diviruskan ke daerah-daerah lainnya agar swasembada pangan dan ketahanan energi dapat lebih cepat terwujudkan," katanya.
Bupati Kampar Jefry Noer mengatakan, RTMPE merupakan program terbarukan tidak hanya mendukung ketahanan pangan nasional, namun yang terpenting adalah untuk menjadi warga miskin menjadi kaya raya.
Jefry menjelaskan, lewat RTMPE masyarakat diajarkan untuk mengelola lahan hanya seluas 1.000 meter per segi, namun hasilnya jauh lebih besar dibandingkan lima hektare kebun sawit ataupun karet. Terlebih harag karet dan sawit saat ini anjlok.
Melalui program ini, lanjut dia, masyarakat juga diajarkan bagaimana membuat limbah atau kotoran ternak menjadi lebih berharga dibandingkan dengan dagingnya.
"Untuk urinennya diolah menjadi biourine, dan kotorannya dijadikan pupuk cair dan padat. Hasil dari kotoran ini saja sudah mencapai belasan juta rupiah," katanya.
Jefry merincikan, bahwa di atas lahan tersebut rumah tangga mandiri dapat memelihara enam ekor sapi betina yang setiap bulannya menghasilkan 500 hingga 1.000 liter urine untuk kemudian diolah menjadi biourine.
"Jika di Bogor harga biourine mencapai Rp25 juta per liter, namun di Kampar cukup seharga Rp15 ribu per liter. Jika dikalikan 1.000 liter, maka setiap bulannya keluarga mandiri berpenghasilan Rp15 juta," katanya.
Itu menurut dia belum termasuk pupuk cair dan padat juga dari limbah sapi, juga biogas. Sementara enam sapinya akan menjadi tabungan untuk naik haji.
Karena, lanjut dia, enam ekor sapi tersebut setiap tahun akan menghasilkan enam ekor anak sapi yang dapat terus dipelihara hingga kemudian dijual.
Dalam waktu tiga tahun, katanya, enam sapi tersebut akan menghasilkan 18 ekor sapi. Enam lainnya digulirkan dalam program, sementara 12 ekor dapat menjadi tabungan untuk naik haji.
Selain hasil dari enam ekor sapi tersebut, kata dia, di atas lahan RTMPE juga dapat dipelihara ayam petelur, kolam lele, tanaman bawang merah, cabai dan lainnya.
Maka kata Jefry, dapat dikatakan Kampar dalam waktu dekat akan mencapai swasembada daging sapi, cabai, bawang dan telur serta ayam. (Adv)
Berita Lainnya
Wapres Ma'ruf Amin sebut kritik akademisi bagian dinamika politik jelang pemilu
06 February 2024 10:20 WIB
Akademisi menilai para capres terlihat menahan diri di debat terakhir
05 February 2024 12:29 WIB
Akademisi: Indonesia sudah memainkan peran cukup baik dukung Palestina
15 November 2023 12:36 WIB
Akademisi: Kebijakan terkait PPPK part time efektif selesaikan masalah tenaga honorer
25 September 2023 16:09 WIB
Akademisi minta Ganjar Pranowo susun program bangun ketahanan pangan
25 September 2023 14:50 WIB
Akademisi apresiasi ide Erick Thohir sumbang penjualan tiket untuk Palestina
12 June 2023 12:48 WIB
Akademisi: Ekonomi sirkular tingkatkan daya saing Indonesia di pasar global
06 June 2023 16:14 WIB
Akademisi UMP berharap Pancasila jangan hanya dianggap sekadar hafalan
31 May 2023 13:20 WIB