Kenaikan Harga Ayam Ras Picu Inflasi Riau

id kenaikan harga, ayam ras, picu inflasi riau

Kenaikan Harga Ayam Ras Picu Inflasi Riau

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau mencatat inflasi Riau pada Agustus 2015 sebesar 0,45 persen dengan kontribusi terbesar dipicu kenaikan harga ayam ras yang kini mencapai Rp26-Rp28 ribu per kg itu.

"Kenaikan harga ayam ras di Riau akibat naiknya harga daging sapi potong, sehingga masyrakat lebih memilih mensubstitusi daging sapi ke ayam ras," kata Kepala BPS Provinsi Riau, Mawardi Arsad di Pekanbaru, Selasa.

Menurut dia, kenaikan harga daging ayam ras juga dipengaruhi hukum pasar ketika permintaan ayam ras tinggi maka harga juga turut naik disamping karakter pedagang.

Ia menyebutkan, inflasi di Riau sebesar 0,45 diperoleh berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Riau di Kota Pekanbaru, Dumai dan Tembilahan pada Agustus 2015.

"Untuk inflasi sebesar 0,45 persen itu artinya sama dengan telah terjadi kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 121, 47 pada Juli 2015 menjadi 122,02 pada Agustus 2015," katanya.

Sedangkan kenaikan harga ayam ras di Riau juga dipengaruhi oleh kenaikan harga ayam ras nasional yang kini bahkan mencapai Rp60 ribu per kg itu.

Sumbar, katanya, sebagai salah satu daerah sentra produksi ayam ras untuk Riau bahkan juga mengalami kenaikan harga.

Untuk komoditas utama lainnya yang turut memberikan andil terbesar inflasi Riau adalah telur ayam ras, buncis, daging sapi, cabai merah, nasi denga lauk, dan lain sebagainya.

Begitu juga dengan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, mengalami inflasi sebesar 0,58 persen dengan andil inflasi sebesar 0,04 persen.

Komoditas utama yang mengalami inflasi dan memberikan andil terbesar pada kelompok ini adalah biaya atau tarif SMP, beras, rendang, akademi dan perguruan tinggi, dan taman kanakan-kanak serta lainnya.

Sementara itu, dari tiga kota IHK di Provinsi Riau, ketiganya mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Dumai tercatat sebesar 0,55 persen diikuti oleh Pekanbaru 0,45 persen, dan Tembilahan sebesar 0,25 persen.