BI Riau Kaji Kerugian Bencana Asap

id bi riau kaji kerugian bencana asap

  BI Riau Kaji Kerugian Bencana Asap

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau akan mengkaji dampak kerugian bencana asap kebakaran lahan dan hutan terhadap pertumbuhan ekonomi Riau, sekaligus untuk memberi masukan kepada pemerintah daerah dalam menanggulangi masalah yang sudah berlangsung selama 18 tahun terakhir itu.

"Kita ajak teman-teman akademisi untuk coba bantu melihat berapa kerugian secara ekonomi mengenai asap ini. Harus ada upaya meredam ini, dan saya rasa tidak bisa Riau sendirian," kata Kepala Perwakilan BI Provinsi Riau, Ismet Inono kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.

Ia menilai, pengaruh asap kebakaran sangat berdampak pada aktivitas ekonomi di Riau khususnya pada sektor jasa dan transportasi.

Menurut dia, pemerintah daerah di seluruh Sumatera yang juga mengalami masalah kebakaran lahan dan hutan perlu memiliki strategi yang sama untuk menangani masalah tersebut.

"Bencana asap ini bisa dihindari, harus disikapi, dan bersama-sama dengan provinsi-provinsi yang juga ada titik api," kata Ismet.

Sementara itu, perusahaan jasa travel yang melayani keberangkatan jemaah calon haji (JCH) kini dibayang-bayangi kerugian besar akibat kabut asap yang mulai mengganggu aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru.

Pekatnya kabut asap telah membuat maskapai terpaksa membatalkan jadwal penerbangannya pada Rabu, yakni dari maskapai Citilink rute Pekanbaru-Yogyakarta.

Ketua Asosiasi Pengusaha Travel Indonesia (Asita) Provinsi Riau, Ibnu Masud, mengatakan perusahaan travel mulai khawatir dampak buruk kabut asap akan menunda keberangkatan JCH asal Riau yang mengakibatkan kerugian tidak sedikit.

"Kalau ada satu agen travel melayani minimal 40 orang JCH saja, jika tidak bisa terbang kerugian minimal mendekati Rp200 juta. Dan itu kerugian minimal, dan kalau satu minggu ada beberapa grup bisa dibayangkan kerugiannya," kata Ibnu.

Ekonomi Riau Terkontraksi

Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Riau Ismet Inono mengatakan, pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan III-2015 secara umum diperkirakan masih mengalami kontraksi namun relatif membaik dibandingkan triwulan II-2015. Pertumbuhan ekonomi Riau secara tahunan diperkirakan berada pada kisaran -1,5 hingga -0,5 persen (you).

" Sumber pertumbuhan dari sisi penggunaan diperkirakan masih berasal dari konsumsi domestik, sementara perbaikan kinerja sektor utama diperkirakan akan mendorong pertumbuhan perekonomian Riau pada triwulan III-2015," katanya.

Menurut dia, bencana asap kebakaran efeknya relatif kecil karena saat Riau mengalami bencana asap pada 2014, ekonomi Riau tetap tumbuh positif.

Ia mengatakan, ditinjau dari sisi penggunaan, motor penggerak pertumbuhan diperkirakan masih ditopang oleh permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. Kondisi ini sejalan dengan perkembangan indeks keyakinan konsumen bulan Juli 2015 di Provinsi Riau yang tercatat meningkat berdasarkan hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU).

Peningkatan optimisme konsumen tersebut diperkirakan karena Idul Fitri 1436H yang terjadi pada pertengahan bulan Juli 2015. Selain itu, indeks perkiraan pengeluaran dibandingkan tiga bulan yang akan datang sesuai hasil SKDU juga menunjukkan peningkatan.

"Konsumsi pemerintah diperkirakan juga akan meningkat, terkait dengan terealisasinya APBD, dan saya sudah bertemu dengan Pelaksana Tugas Gubernur Riau bahwa penyerapan tahun ini optimis bisa mencapai 80 persen. Angka itu lebih tinggi dari penyerapan rata-rata APBD selama ini yang hanya 60 persen, jadi BI akan dukung percepatannya," kata Ismet.

Sementara itu, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan membaik dibandingkan triwulan II 2015. Faktor pendorong pertumbuhan diperkirakan berasal dari subsektor perkebunan sawit. Peningkatan permintaan minyak sawit mentah (CPO) diperkirakan akan mendorong laju produksi perkebunan kelapa sawit setempat, meskipun tidak begitu optimal karena faktor cuaca di awal triwulan III 2015 yang memasuki musim kemarau.

Selanjutnya, perkembangan sektor industri pengolahan diperkirakan akan relatif meningkat sehubungan dengan peningkatan permintaan ekspor dan menurunnya stok CPO dunia. "Karena itu, pemerintah perlu mendorong meningkatkan nilai tambah sawit dengan penerapan industri sektor hilir supaya CPO Riau bisa terserap di pasar domestik dan juga luar negeri," ujarnya.

Riau hingga semester I 2015 masih mengalami kontraksi, yaitu sebesar 1,37 persen (yoy). Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2015 tercatat mengalami kontraksi sebesar 2,64 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2015 lalu yang tercatat mengalami kontraksi sebesar 0,03 persen (yoy).

Penurunan ekonomi Riau pada triwulan II-2015 utamanya disebabkan oleh penurunan kinerja sektor pertambangan dan sektor penggalian serta sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Selain itu, sektor perdagangan besar dan eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor juga melambat.

"Dari sisi penggunaan, penurunan kinerja ekonomi utamanya disebabkan oleh masih menurunnya ekspor dan perlambatan investasi. Kontraksi sektor pertambangan dan penggalian yang berkelanjutan diperkirakan berdampak terhadap penurunan ekspor migas Provinsi Riau pada triwulan laporan, sementara ekspor nonmigas cenderung membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan investasi diperkirakan akibat pesimisme investor terhadap kondisi perekonomian dan penurunan harga komoditas utama di tingkat dunia akibat penurunan harga minyak dunia," katanya.