Pekanbaru, (Antarariau.com) - Sejumlah warga di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, dan sekitarnya mengaku merasakan kesakitan yang makin parah akibat asap yang melanda daerah itu atas pembakaran hutan dan lahan yang terus meluas.
"Kepala terasa pusing, dibarengi mual-mual. Dada terasa sesak, dan akhirnya saya muntah, namun apa daya karena harus melanjutkan perjalanan menuju kantor berada di pusat Kota Pekanbaru itu," kata Adrianto (30) karyawan Antara Riau bagian IT di Pekanbaru, Jumat.
Andrianto mengeluhkan kondisi dirinya itu terkait kabut asap di Kota Pekanbaru makin memburuk.
Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika Pekanbaru (BMKG) merilis (Kamis pagi, 3/9) bahwa kabut asap di Kota Pekanbaru memburuk sehingga mengakibatkan jarak pandang di daerah ini hanya sebatas 200 meter.
Menurut Adrianto, hasil rilis instansi terkait itu sama dengan Jumat pagi ini, karena dampaknya sangat kuat dengan kondisi kabut asap makin tebal saja.
Sepertinya, katanya lagi, pemerintah daerah Riau dan Pemerintah kabupaten dan kota yang memiliki hutan yang terbakar tersebut terindikasi masih lamban menangani kasus pembakaran hutan dan lahan di daerah ini.
"Hal ini ditandai dengan pembakaran makin meluas, hingga kabut asap makin tebal saja. Sepertinya Pemda Riau "tidak punya nyali" menindak pelaku pembakar hutan dan lahan itu," katanya.
Ia memandang sejak beberapa pekan terakhir, sejumlah instansi pemerintah dan swasta memang sudah membagikan masker. Namun pembagian masker tidak akan mengurangi kesakitan masyarakat akibat terpapar asap.
Lili (32) pekerja swasta di wilayah Rimbo Panjang mengakui putra tunggalnya berusia 7 tahun menderita kesakitan sesak nafas dan batuk-batuk sudah empat hari.
"Syukurlah sekolah diliburkan, sehingga anak saya tidak terlalu banyak menghisap asap yang makin tebal ini. Paling tidak bisa mengurangi rasa pusingnya dengan beristirahat di rumah," katanya .
Ia menambahkan, dirinya juga merasakan kesakitan yang sama, namun harus ditahan karena pekerjaan lebih penting dari pada berdiam di rumah hanya untuk menghindari asap tersebut.
Seorang pekerja swasta lainnya Syurtini (40) mengatakan dirinya mengalami kesakitan di kepala sejak beberapa minggu terakhir akibat terpapar resiko kabut asap yang melanda daerah itu.
"Asap yang tebal memicu kepala terasa sakit, padahal sebelumnya tidak pernah terasa sama sekali. Kendati sudah berobat ke Puskesmas namun rasa sakit diderita masih terasa. Kondisi fisik saya makin menurun apalagi terpaksa merawat anak setiap malam yang harus bangun karena batuk.
Ia mengakui putri tunggalnya Hafif (10) tahun pelajar kelas V SD itu sudah hampir sebulan terakhir mengalami sakit sesak nafas dibarengi pada dada yang terasa sakit serta mual-mual.
Anak saya, katanya lagi, sulit makan karena pusing dan mual-mual itu, bahkan parahnya tiap malam selalu bangun dua hingga empat kali karena harus merawat anaknya yang batuk disertai dada sesak itu.
"Saya sedih melihat kondisi anak saya yang ketika dia batuk, hingga mukanya pun berona merah saking tidak kuatnya menahan sakit di dada dibarengi sesak nafas itu," katanya dan mengharapkan pemerintah lebih peduli kepada penderita dan agar segera menindak pelaku pembakar hutan itu.
Berita Lainnya
PT NPM tetap garap lahan, warga Olak kembali datangi Kantor Bupati Siak
18 April 2024 19:29 WIB
BNPB: 1.585 orang warga harus dievakuasi pasca-erupsi Gunung Ruang, Sulawesi Utara
18 April 2024 14:30 WIB
TNI terima 235 pucuk senjata rakitan dari warga perbatasan RI-RDTL
17 April 2024 13:17 WIB
Warga perbatasan RI-Timor Leste serahkan senjata M16 A1 beserta amunisi kepada TNI AD
15 April 2024 12:41 WIB
Pasukan Israel tangkap 50 warga Palestina di Tepi Barat selama Idul Fitri
13 April 2024 12:00 WIB
Kepri imbau warga waspadai penyakit ISPA saat Lebaran
11 April 2024 20:10 WIB
Sejumlah warga difabel senang silaturahmi dengan Presiden
11 April 2024 8:10 WIB
Peter Holly, pemenang X-Factor pulang kampung ke Pekanbaru disambut antusias warga
09 April 2024 13:41 WIB