Gajah Tesso Nilo Mati Akibat Gas Perut

id gajah tesso nilo mati akibat gas perut

Gajah Tesso Nilo Mati Akibat Gas Perut

"Untuk mengetahui secara pasti penyebab kematian Tino, kami mengirimkan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium ke Balai Veteriner Bukit Tinggi," ujar Tandya.

Kamp "Flying Squad" merupakan lokasi edukasi dan pemeliharaan gajah Sumatera jinak, yang berdiri atas kolaborasi pemerintah Indonesia dan organisasi World Wildlife Fund (WWF) Indonesia. Humas WWF Program Riau, Syamsidar, mengatakan sehari sebelum ditemukan mati, Tino masih menjalankan aktivitas rutin.

Ia terlihat lincah berenang dan menyelam ketika semua gajah Flying Squad mandi bersama di Sungai Perbekalan. "Sebelumnya Tino masih kelihatan sehat, tapi mungkin kondisinya tiba-tiba sakit pada malam hari dan tidak terpantau," katanya.

Program Manager WWF Indonesia Program Sumatera Tengah, Wishnu Sukmantoro, menyatakan secara rutin WWF melakukan pemeriksaan kesehatan gajah-gajah anggota Flying Squad termasuk ketika kejadian kabut asap September lalu.

Musim kemarau yang melanda Riau selama tiga bulan terakhir cukup berpengaruh pada habitat gajah di TNTN. Beberapa kawasan memang sempat terbakar.

Pasca kebakaran, kewaspadaan harus selalu dijaga untuk menghindari terjadinya konflik manusia-gajah.

"Kala itu, catatan medis Tino menunjukkan kondisi baik," terang Wishnu.

Sementara itu, Kepala Bidang Teknis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Lukita Awang Nistyantara, menyatakan ini kali kedua anak gajah Sumatera dari Flying Squad mati setelah kasus kematian Nela yang misterius pada Mei 2015. Dengan adanya kematian Tino, jumlah gajah Sumatera jinak di Kamp "Flying Squad" kini tinggal enam ekor yang terdiri dari empat gajah dewasa dan sisanya dua gajah anak.

"Kejadian ini adalah pelajaran berharga bahwa tantangan konservasi gajah masih sangat tinggi untuk menjaga keberlangsungan hidup gajah di Sumatera," katanya.