Petani Pekanbaru Hasilkan Cabai Hidroponik Fertigasi

id petani pekanbaru, hasilkan cabai, hidroponik fertigasi

Petani Pekanbaru Hasilkan Cabai Hidroponik Fertigasi

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Penerapan teknologi bidang pertanian hidroponik fertigasi cabai merah sudah merambah Kota Pekanbaru, lewat bimbingan dari Bank Indonesia Provinsi Riau mulai membuahkan hasil.

Kelompok tani hidropoinik fertigasi binaan Bank Indonesia Provinsi Riau, di Jalan Kelapa Sawit terbukti sudah melakukan empat kali panen cabai merah kualitas F1 atau disebut cabai keriting Bukittinggi.

"Ini panen terbaik kami," ungkap Ketua Kelompok tani hidropoinik vertigasi, Slamet Aman, di Pekanbaru, Kamis.

Menurut Slamet, mereka atas bantuan dan pembinaan dari BI wilayah Riau mulai memahami sistem menanam cabai hidroponik fertigasi dan mengaplikasikannya.

"Selain bantuan pengetahuan, kami juga dibantu lahan dan biaya bibit serta pupuk untuk cabai merah," sebunya.

Slamet menjelaskan cabai hidroponik fertigasi milik mereka kini sudah berusia tanam 111 hari.

"Saat ini sudah memasuki masa panen ke-4, dengan jangka panen sekali seminggu," bebernya.

Diakuinya kabut asap jerebu yang menyelimuti Pekanbaru sebulan lalu telah merusak bunga pertama cabai merah hidroponik fertigasi. Pasalnya serangga pembantu proses penyerbukan tidak ada akibat asap.

"Saat itu semua bunga cabai rontok. Allhamdulilah setelah asap hilang cabai kembali berbunga dan berbuah. Total panen kami sudah mencapai 60 kg," ulasnya.

Ia mengakui melihat potensi panen ini masih akan berlangsung hingga dua bulan kedepan.

Menurut Slamet, penanaman cabai sistem hidroponik fertigasi sangat mudah dan menguntungkan, serta mampu membantu jika benar-benar dipelajari dan difahami. Karena tidak memerlukan tanah sebagai media tanam.

"Cukup dengan serabut kelapa," ujarnya.

Diakuinya harga cabai hasil panen mereka yang terbaik, dijual Rp25.000 perkilonya. Harga ini lebih murah dari harga kualitas cabai yang sama di pasar tradisional mencapai Rp28.000 perkilo.

"Kalau belinya langsung ke kebun kami jual lebih murah Rp3.000 perkilo," tambahnya.

Direktur BI Provinsi Riau, Harreis Meirizal, mengakui pihaknya belakangan ini konsen terhadap pembinaan petani bahan makanan di masing-masing kabupaten/kota karena ini juga sudah menjadi salah satu tugas BI. Yakni upaya mencapai kestabilan rupiah.

Menurutnya rupiah stabil sangat erat dengan kestabilan inflasi.

Di Riau, cabai adalah salah satu bahan makanan penyumbang inflasi. Karena itu BI merasa berkewajiban untuk mendorong peningkatan produksinya dengan cara memberikan bantuan dan binaan kepada petani cabai merah.

"Diharapkan juga hal ini didukung oleh pemkab, dan perbankan lainnya dengan memberikan penyaluran bantuan modal kepada petani jangan hanya melayani yang kooporasi," ujar dia.

Ia menambahkan BI selama ini telah memilih sektor pertanian yang menjadi unggulan diwilayah setempat untuk dibina.

"Misalkan komoditas unggulan sagu Meranti, dan Selat Panjang, cabai merah di Pekanbaru dan sebagainya," bebernya.