Bengkalis, (Antarariau.com) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau hanya menangani sebanyak empat penderita gizi buruk selama tahun 2015.
Jumlah penderita gizi buruk meningkat dibandingkan tahun 2014 yang hanya sebanyak dua penderita.
"Gizi buruk merupakan suatu keadaaan kurang gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan standar deviasi WHO-NCHS dan atau ditemukan tanda-tanda klinis marasmus, kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor," kata bagian pelayanan kesehatan program dan gizi, Yessica Vebrina di Bengkalis, Selasa.
Ia mengatakan, ada beberapa tanda penderita gizi buruk diantaranya, Marasmus, yaitu Badan nampak sangat kurus, wajah seperti orang tua, Cengeng dan atau rewel, jaringan lemak subkutis sedikit sampai tidak ada pada daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar, Perut cekung, Iga gambang dan Sering disertai penyakit infeksi seperti kronis dan diare.
Selanjutnya Kwashiorkor diantaranya Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki, wajah sembab dan Pandangan mata sayu, Rambut tipis, Perubahan status mental dan tanda ketiga yaitu Marasmus Kwashiorkor yang Merupakan gabungan dari beberapa gejala klinis marasmus dan kwashiorkor.
"Ada beberapa penyebab mendasar dari gizi buruk itu, diantaranya terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam, yang mempengaruhi ketersediaan pangan, pola asuh dalam keluarga dan pelayanan kesehatan serta sanitasi yang memadai, yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita," ujarnya menjelaskan.
Sementara itu, katanya, ada beberapa dampak dari gizi buruk terhadap perkembangan anak, dampak jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak diantaranya menjadikan anak apatis, gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain.
Sedangkan dampak jangka panjang adalah penurunan skor intelligence quotient (IQ), penurunan perkembangan kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi akademik di sekolah.
Menurut Jessica, penderita gizi buruk di Bengkalis pada umumnya bukan dari asal kabupaten Bengkalis dan sebagian penderita merupakan warga dari daerah luar yang datang ke Bengkalis.
"Seperti penderita di Mandau, itu merupakan warga asal daerah luar yang pindah di Bengkalis untuk bekerja dan sebagainya, dan pada umumnya penderita gizi buruk di Bengkalis, di dominasi anak- anak berumur tiga tahun kebawah," ujarnya.
Sementara untuk penanganan penderita gizi buruk itu sendiri katanya, Dinas Kesehatan melalui pusat kesehatan masyarakat melakukan perawatan selama 90 hari baik itu asupan makanan dan sebagainya.
Berita Lainnya
3.884 warga Bengkalis divaksin COVID-19 dalam sehari
06 December 2021 5:55 WIB
191.658 jiwa di Kabupaten Bengkalis sudah divaksin COVID-19
26 November 2021 19:49 WIB
Kasus COVID-19 di Bengkalis mulai menurun
18 August 2021 15:15 WIB
Kasus COVID-19 bertambah, Kadiskes : Tetap patuhi prokes
26 July 2021 21:16 WIB
Bea Cukai salurkan bantuan APD ke Dinkes Bengkalis
01 April 2020 17:48 WIB
Dinkes Bengkalis imbau masyarakat tak panik dengan istilah Suspect Corona
13 March 2020 18:50 WIB
Dinkes Bengkalis Deportasi WNA yang bersuhu 38,5 derajat celcius
05 March 2020 16:18 WIB
Terkait Corona, Dinkes Bengkalis pantau 10 pekerja asal China
27 January 2020 21:14 WIB