Pekanbaru, (Antarariau.com) - Pelaksana Tugas Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman memprediksi bahwa ekonomi Riau pada 2016 masih akan mengalami tekanan dan sulit untuk tumbuh, apabila masih terus bergantung pada sektor yang selama ini menjadi andalan utama, yakni komoditas perkebunan dan minyak bumi.
"Kita harus cari peluang baru karena tak ada yang jamin kapan dua sektor ini harganya akan kembali lagi seperti sebelumnya," kata Arsyadjuliandi Rachman di Pekanbaru, Kamis.
Ia mengatakan sektor andalan Riau dari komoditas perkebunan seperti kelapa sawit, karet dan kelapa selama tahun 2015 harganya terus menurun. Selain itu, sektor pertambangan minyak bumi kondisinya juga makin memburuk karena pada akhir tahun ini melorot ke kisaran harga 36 dolar AS per barel, atau jauh dari proyeksi harga yang ditetapkan pemerintah sebesar 60 dolar AS.
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Riau secara tahunan pada 2015 diperkirakan berada pada kisaran -1,5 hingga -0,5 persen dibandingkan tahun 2014. Menurut dia, anjloknya harga minyak bumi mulai terlihat mempengaruhi anggaran daerah karena dana alokasi untuk Riau dalam Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA) 2016 berkurang hingga Rp4 triliun.
Turunnya harga di dua sektor andalan tersebut juga membuat kesempatan berusaha bagi kontraktor di daerah berkurang jauh karena operator minyak dan gas memilih tidak melakukan investasi baru. Kebiasaan hidup konsumtif dari masyarakat yang sebelumnya diuntungkan dari tingginya harga komoditas perkebunan, lanjutnya, kini berbalik menjadi salah satu pemicu rasio kredit bermasalah perbankan (nonperforming loan/NPL) melonjak.
"NPL kita kini mencapai 4,4 persen. Ini sangat di atas batas yang bisa ditolerir," kata pria yang akrab disapa Andi Rachman ini.
Ia mengatakan, melemahnya ekonomi Riau mulai terlihat dampaknya pada meningkatnya angka kemiskinan di Riau yang pada Maret 2015 naik menjadi 8,42 persen dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 7,9 persen.
Melemahnya ekonomi juga membuat daya beli masyarakat menurun, sedangkan konsumsi pemerintahan dari penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2015 juga kurang optimal karena hanya mencapai 64,02 persen dari total Rp11,39 triliun.
"Tahun 2016 kita harus mulai melaksanakan program APBD sejak awal tahun tahun untuk mengoptimalkan penyerapan anggaran," katanya.
Menurut dia, Pemprov Riau akan mulai membangun sektor pariwisata untuk menjadi sumber devisa baru. Selain itu, pihaknya juga akan mencoba melakukan pendekatan ke pemerintah pusat untuk mendapatkan lebih banyak anggaran dari APBN untuk Riau.
Untuk mendukung hal itu, lanjutnya, diperlukan jajaran satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang bisa bekerja secara optimal untuk memacu penyerapan anggaran dan meningkatkan pendapatan daerah. Ia mengatakan sudah memegang penilaian khusus bagi kepala SKPD yang angka penyerapan anggarannya rendah untuk dilakukan evaluasi.
"Saya punya penilaian tersendiri mana (kelapa SKPD) yang fokus mana yang tidak. Mulai Januari kita mulai diskusikan evaluasi SKPD, tentu kita berharap 2016 lebih fokus dan pengalaman 2015 bisa jadi pelajaran," ujar Andi Rachman.
Berita Lainnya
Kemarin, harga emas naik hingga Gubernur Bank Indonesia optimis ekonomi tumbuh 6,1 persen
30 November 2023 10:40 WIB
Gubernur Bank Indonesia proyeksikan pertumbuhan ekonomi global capai 2,8 persen pada 2024
05 June 2023 14:19 WIB
Pemprov Riau sabet penghargaan khusus bidang ekonomi hijau dan rendah karbon
16 May 2023 21:15 WIB
Gubernur Riau sebut Pameran Riau halal sarana pengembangan ekonomi syariah
03 April 2023 23:25 WIB
Peduli ekonomi desa, Gubernur Syamsuar terima penghargaan dari Menteri Desa PDTT
03 February 2023 14:22 WIB
Gubernur Riau Syamsuar ajak masyarakat mengembangkan ekonomi syariah
13 January 2023 10:25 WIB
Gubernur BI serukan sinergi dan kolaborasi hadapi gejolak ekonomi tahun depan
06 December 2022 13:42 WIB
Gubernur BI: Mobilisasi produktif zakat hingga wakaf merupakan modal ekonomi RI
08 September 2022 14:07 WIB