Melirik Industri Kreatif Daur Ulang Limbah di Pekanbaru

id melirik industri kreatif daur ulang limbah di pekanbaru

Melirik Industri Kreatif Daur Ulang Limbah di Pekanbaru

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Pelaku industri kreatif daur ulang limbah menyatakan pangsa pasar untuk produk kerajinan dari bahan baku sampah mulai terbentuk, terutama dikalangan siswa sekolah, meski hingga kini masih terkendala dalam cara pemasarannya.

"Potensi dilihat dari peminat barang kerajinan daur ulang sudah mulai banyak karena masyarakat banyak yang mulai terbuka dengan hasil kerajinan ini," kata Sofia Seven, pengelola industri kreatif daur ulang limbah "Dalang Collection", kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.

Ia menjelaskan, usaha Dalang Collection kini terus bertahan sejak dibuka tahun 2007 dengan usaha bank sampah dan kerajinan tangan berbahan baku limbah plastik. Industri berskala mikro ini sudah bisa mempekerjakan 40 warga setempat, yang mayoritas adalah ibu rumah tangga.

Menurut día, menembus pasar lokal untuk kerajinan daur ulang memang tidak mudah namun itu mulai terbentuk seiring dengan Dalang Collection bekerjasama dengan pemerintah memberikan pelatihan tentang bank sampah dan daur ulang ke sekolah-sekolah di Pekanbaru sejak 2011.

"Akhirnya sampai sekarang sudah ada 100 sekolah di Pekanbaru dari tingkat SD sampai SMA yang menjadi binaan untuk bank sampah. Guru dan siswa mulai bisa menerima dan tumbuh kecintaan terhadap produk daur ulang, sehingga barang kerajinan seperti tas dan tempat pensil dari limbah plastik mulai diminati," ujarnya.

Bahkan, ia mengatakan hasil kerajinan berupa pakaian yang dikombinasikan dengan bahan baku limbah plastik mulai mendapat tempat dalam pagelaran busana (fashion show).

"Acara peragaan busana dengan tema daur ulang juga mulai banyak. Bahkan, kami pernah mendapat pemesanan untuk fashion show pada acara sebuah rumah sakit swasta di Pekanbaru. Awalnya tak mengira, pihak rumah sakit yang sepertinya jauh dari pemahaman lingkungan justru tertarik menggelar acara seperti itu," kata Sofia Seven yang pernah menerima penghargaan Kalpataru pada 2013 untuk kategori Pengabdi Lingkungan.

Ia menilai terbentuknya pasar untuk industri kreatif daur ulang sangat memerlukan konsistensi dan dukungan penuh dari pemerintah daerah. Dukungan nyata tersebut bisa dilakukan dengan menggunakan semua produk daur ulang untuk kebutuhan kerja dan seminar, seperti tas, tempat pensil, hingga dompet.

"Kalau pemerintah terus menggunakan produk daur ulang dalam setiap kegiatan, maka masyarakat akan termotivasi dan usaha-usaha industri kreatif daur ulang akan tumbuh," katanya.

Meski begitu, ia mengakui sebagian besar pembeli produk daur ulang Dalang Colletion berdasarkan pemesanan dari instansi pemerintah. Usaha miliknya juga belum tertata dengan baik untuk strategi pemasarannya.

"Ke depannya mungkin kita harus memikirkan strategi pemasarannya dengan media sosial. Selama ini semuanya masih dengan cara lama, pemasaran dari mulut ke mulut," ujarnya.

Meski demikian, ia mengatakan publikasi dari media massa diakuinya sangat membantu mempromosikan usaha Dalang Colletion sehingga warga negara asing ada yang sempat mengunjungi tempat usahanya. "Pernah ada orang Polandia dan Singapura yang mencari tempat saya. Bahkan, sebuah yayasan dari Jepang juga pernah mengajak kerjasama untuk melatih konsep daur ulang ini ke daerah lain," kata Sofia Seven.