Dinkes Riau Kritisi Bupati-Walikota, RS dan Puskesmas Lamban Tangani DBD

id dinkes riau, kritisi bupati-walikota, rs dan, puskesmas lamban, tangani dbd

Dinkes Riau Kritisi Bupati-Walikota, RS dan Puskesmas Lamban Tangani DBD

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Andra Sjafril, mengkritisi lambannya penanganan penyakit demam berdarah dengue yang mengakibatkan jumlah penderita di Riau terus bertambah selama dua tahun terakhir.

"Aparatur terkait belum sepenuhnya menyikapi surat Pelaksana Tugas Gubernur Riau pada September 2015 kepada bupati dan wali kota untuk melakukan gerakan gotong-royong massal pemberantasan sarang nyamuk," kata Andra menyikapi peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD), di Kota Pekanbaru, Jumat.

Andra juga mengakui bahwa peningkatan kasus DBD juga dipicu akibat kesadaran masyarakat untuk berprilaku hidup bersih dan sehat masih kurang. Karena itu, pemerintah kabupaten/kota punya tanggung jawab besar untuk mendorong terbentuk kesadaran hidup sehat di tengah masyarakat.

Selain itu, ia juga mengatakan terdapat kekurangan dalam proses antisipasi karena lambatnya surat hasil laboratorium dari rumah sakit ke Puskesmas apabila ada terdeteksi penderita DBD baru.

Kondisi serupa juga terjadi pada pihak Puskesmas, yang masih lambat menyikapi surat dari rumah sakit untuk mengambil tindakan penyelidikan epidemiologi dan kegiatan lanjutan terhadap adanya kasus DBD.

"Lambatnya Puskesmas menyikapi surat dari rumah sakit untuk mengambil tindakan penyelidikan epidemiologi dan kegiatan lanjutan, apakah cukup penyuluhan atau dengan fogging (pengasapan)," kata Andra.

Lambannya tindakan pemerintah daerah sebagai motor pencegahan dan antisipasi DBD harus segera diperbaiki. Sebabnya, penanganan yang lambat akan mengakibatkan makin banyak warga terserang DBD di Riau.

Berdasarkan data Dinkes Riau, jumlah penderita DBD pada 2015 mencapai 2.675 orang, dengan 16 di antaranya meninggal dunia. Jumlah kasus itu meningkat dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 2.366 orang.

Meski demikian, angka kematian pada 2015 bisa ditekan karena pada 2014 terdata ada 34 penderita DBD yang meninggal dunia.

Khusus untuk Kota Pekanbaru, dinas kesehatan setempat mencatat selama 2015 jumlah penderita DBD mencapai 205 orang dan seorang di antaranya meninggal dunia. Jumlah kasus tersebut meningkat lebih dari 100 persen dari jumlah kasus DBD pada 2014 yang mencapai 209 kasus, bahkan naik 200 persen dibandingkan 2013 yang mencapai 113 kasus.