Jangan Sembarangan Minum Obat Antibiotik, Ini Waktu yang Tepatnya

id jangan sembarangan, minum obat, antibiotik ini, waktu yang tepatnya

Jangan Sembarangan Minum Obat Antibiotik, Ini Waktu yang Tepatnya

Jakarta, Antarariau.com – Memang Antibiotik menyembuhkan kasus infeksi bakteri. Namun, ingat terlalu sering mengonsumsi antibiotik ini mengakibatkan resistensi antibiotik. Ayo, cari tahu kapan Anda mengonsumsi antibiotik!

Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) dr. Harry Parathon, Sp.OG (K) mengatakan bahwa resistensi antibiotik itu berujung pada kematian. “Produksi antibiotik terakhir itu pada tahun 2000. Bila seseorang mengalami resistensi, tentu saja antibiotik itu tidak mampu membunuh kuman. Sehingga, sebaiknya seseorang disarankan tidak mengonsumsi antibiotik, kecuali pada kondisi tertentu,” tandas dokter yang berpraktik di RS Dr Soetomo Surabaya saat berbincang di acara Prizer Press Circle “Pentingnya Kepatuhan Penggunaaan Antibiotik di Hotel Akmani, Jakarta, Kamis (21/1).

Dokter Harry mengungkapkan bahwa pada tahun 2050 diperkirakan 10 juta kematian akibat resistensi antimikroba (antimicrobial resistance) terjadi per tahunnya, di antaranya 4,6 juta kematian di Indonesia. Bahkan, saat ini angka kematian sekitar 38 ribu orang per tahun di Thailand. Diperkirakan sebanyak 135 ribu orang meninggal di Indonesia akibat bakteri resisten.

Merujuk dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dr. Harry menyebutkan beberapa penanganan kasus tanpa antibiotik. Sebut saja, persalinan caesar, sunat, operasi amandel, luka pada wajah, cacar air, pilek, batuk, diare, dan sebagainya.

“Pasien perlu mendapat edukasi bahwa infeksi virus itu tidak memerlukan antibiotik, seperti flu, pilek, infeksi telinga, radang tenggorokan, bronkitis,” imbuh Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr. M. Arifin Nawas, Sp.P (K)., MARS.

Jadi, lanjut dr. Arifin, peresepan antibiotik itu bisa dilakukan bila terdapat beberapa indikasi. “Pada penyakit saluran pernapasan itu ditemukan gejala infeksi yang ditandai dengan demam, perubahan warna dahak yang berwarna kuning hingga kehijauan, serta kadar sel darah putih (leukosit) yang jumlahnya di bawah 4 ribu atau di atas 10 ribu,” ujar dokter yang berpraktik di RSUP Persahabatan.

Baik dr. Harry maupun dr. Arifin juga menyarankan agar pasien berkonsultasi secara mendalam dengan dokter mengenai penggunaaan antibiotik.